Semarang (Antaranews) - Aparat penegak hukum diminta menindak tegas berbagai kelompok intoleransi yang cenderung semakin berani dan terang-terangan melakukan tindak kekerasan terhadap umat beragama di daerah.

"Atas dasar perbedaan keyakinan keagamaan, mereka semakin terbuka dalam melakukan penolakan kegiatan keagamaan, pengusiran tokoh yang berbeda agama, bahkan penyerangan secara langsung dan membabi buta," kata Ketua Yayasan Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) Semarang, Tedi Kholiludin, di Semarang, Jawa Tengah, Minggu.

Menurut dia, insiden penyerangan di Gereja St Lidwina Bedog, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (11/2) pagi, menambah daftar kasus intoleransi yang mengarah pada kekerasan.

Meskipun aparat kepolisian belum mengungkap motif penyerangan yang sebenarnya, Tedi menduga alasan penyerangan karena perbedaan keyakinan agama.

"Penyerangan ini sangat mengerikan, ada orang yang membabi buta mengayun-ayunkan pedang kepada orang yang sedang beribadah, ini menandakan bahwa mereka semakin berani dan terbuka," ujarnya.

Ia menyebutkan insiden penyerangan di Gereja St Lidwina mirip dengan yang terjadi di Kabupaten Sukoharjo, Jateng, pada (19/8) dimana sekelompok orang bercadar yang membawa senjata tajam berupa pedangbmenyerang warga dan anggota Barisan Ansor Serbaguna yang sedang bertugas menjaga acara warga.

Kejadian lain, kata Tedi, ibu-ibu yang masih menjabat di tingkat RW menghentikan acara peringatan HUT RI dengan dalih haram.

"Ini menandakan apa? tidak lain karena kelompok intoleransi ini merasa semakin percaya diri sehingga mereka semakin berani terang-terangan dalam melakukan aksinya, entah ini ada kaitannya dengan situasi politik atau tidak, yang jelas ini berbahaya bagi kerukunan umat beragama," tegasnya. ***2***

(U.KR-WSN/B/T007/T007) 11-02-2018 20:57:41

Pewarta : Wisnu Adhi Nugroho
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024