Solo (Antaranews Jateng) - Pengrajin ekonomi kreatif asal Kelurahan Sumber Banjarsari Solo, Jawa Tengah, mampu menciptakan karya seni bernilai miniatur alat transportasi dengan memanfaatkan bahan baku dari limbah kayu jati.

 Winarto (42), seorang pengrajin yang warga Sumber, Jambalan RT 04 RW 16, Banjarsari, Solo di Solo, Rabu, mengaku memanfaatkan limbah kayu jati untuk dijadikan miniatur alat transportasi berupa kereta api uap, kereta kencana, kendaraan motor gede (moge), seperti Harley dengan nilai ekonomis tinggi.

Ide awal membuat kerajinan itu pada 2016 ketika melihat limbah kayu jati di tempat penggergajian yang cukup melimpah.

"Saya awalnya hanya meminta limbah kayu jati itu, dengan gratis dari pemilik tempat penggergajian untuk dibuat karya seni, Ternyata setelah berhasil membuat, banyak peminatnya dan mereka memesan hasil karya saya ini," kata Winarno yang mengaku menjadi pengrajin dengan belajar sendiri.

Kerajinan miniatur alat transportasi buatannya itu dijual melalui media sosial atau online. Peminat datang dari berbagai daerah dengan cara memesan. Bahkan, sejumlah turis dari Jerman dan Australia memesan kerajinan itu untuk dibawa pulang ke negaranya sebagai oleh-oleh, seperti moge Harley.

Untuk membuat satu moge Harley membutuhkan waktu dua minggu hingga dua bulan, sedangkan kereta kencana butuh waktu satu hingga tiga bulan, dan kereta api uap bisa empat bulan per rangkaian.

"Membuat kerajinan ini, membutuhkan ketekunan, ketelitian, dan bakat seni juga ada, sehingga menghasilkan karya seni memiliki nilai ekonomis tinggi." kata Winarno yang memiliki "showroom" di Jalan Kutai Barat 5 Sumber, Banjarsari, Kota Solo.

  Harga satu miniatur moge Herlay hingga Rp250 ribu per unit, kereta kencana antara Rp1 juta hingga Rp3 juta, sedangkan kereta api uap Rp2,5 juta hingga Rp3 juta per rangkaian.

  Omzet penjualan hasil kerajinannya tersebut sekitar dua hingga tiga buah per bulan.

"Saya juga memiliki peguyuban pengrajin UMKM di Solo setiap bulan selalu melakukan pertemuan untuk belajar menambah ilmu dalam pengembangan ekonomi bisnisnya, mengedepankan inovasi dan penyesuaian yang sedang 'ngetren'," kata Winarno yang menggeluti bisnis kerajinan sejak 20 tahun lalu.



Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024