Purwokerto (Antaranews Jateng) - Petani gurami di Kelurahan Sumampir, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, merugi karena ikan yang dibudidayakan di kolam banyak yang mati akibat serangan bakteri. 
"Hingga saat ini, sekitar 60 persen ikan gurami indukan di kolam saya yang mati," kata salah seorang petani gurami, Rajiwan, di Kelurahan Sumampir, Kecamatan Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas, Jumat.
Ia mengaku sempat berkonsultasi ke salah satu dosen Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto dan mendapatkan obat untuk ikan-ikan yang masih hidup.
Akan tetapi, katanya, setelah pemberian obat itu, hasilnya belum membaik karena masih ada ikan yang mati.
Bahkan, lanjut dia, kematian ikan gurami yang akan dibesarkan untuk dijadikan indukan, telah mencapai lebih dari 80 persen.
"Dari 50 ikan gurami indukan, saat ini masih tersisa sekitar 20 ekor. Sementara dari total 2.500 ekor gurami di dua kolam pembesaran, beberapa hari lalu masih tersisa sekitar 600 ekor namun setelah dijadikan satu, hingga saat ini tersisa sekitar 400 ekor," kata Rajiwan yang juga Kayim (Staf Kesejahteraan Rakyat) Kelurahan Sumampir itu.
Oleh karena itu, dia mengaku rugi hingga jutaan rupiah karena potensi pendapatan dari hasil penjualan telur gurami dipastikan akan menurun drastis.
Rajiwan mengatakan berdasarkan hasil penjualan telur gurami pada Agustus hingga Desember 2017 mencapai Rp3.000.000.
"Namun dengan adanya kematian ini, potensi pendapatan pasti turun. Selain itu, saya juga mengalami kerugian dari ikan-ikan yang akan dibesarkan karena banyak yang mati," katanya.
Ia mengharapkan ikan-ikan yang dibesarkan untuk menjadi indukan itu dapat dijual dengan harga Rp3.000 per ekor.
Jika ikan-ikan itu dijual saat sekarang, kata dia, harga jualnya rata-rata Rp1.000 per ekor sehingga potensi pendapatannya sekitar Rp2.500.000.
Oleh karena jumlah ikan yang mati telah mencapai 2.100 ekor, lanjut dia, potensi pendapatan yang hilang saat sekarang Rp2.100.000.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Banyumas Sugiyatno mengatakan kasus kematian ikan gurami telah terjadi sejak November 2017.
"Kami sudah membawa sampelnya pada pertengahan Desember 2017 untuk diujikan di Laboratorium Penyakit Ikan, Serang, Banten. Hasilnya, kematian ikan gurami tersebut disebabkan oleh serangan bakteri aeromonas," katanya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Disnakkan Banyumas, serangan bakteri aeromonas itu banyak terjadi di sejumlah daerah dan saat sekarang sedang dicari penyebabnya.
Ia mengatakan petugas dari Laboratorium Penyakit Ikan juga telah datang ke Banyumas untuk mengecek dampak serangan bakteri tersebut.
"Dari pantauan kami, bakteri aeromonas lebih banyak menyerang gurami indukan. Di Banyumas, daerah yang banyak indukan guraminya, antara lain Beji, Karangnangka, Purwosari, Karanglewas, atau daerah-daerah di utara, sedangkan di wilayah selatan yang difokuskan untuk pembesaran terpantau masih aman," katanya.



Pewarta : Mahmudah
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024