Cilacap, (Antaranews Jateng) - Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Jawa Tengah meminta petani untuk menggunakan inovasi teknologi pertanian berupa metode tanam "jajar legowo" serta bibit padi varietas unggul, kata Kepala BPTP Jateng Harwanto.
"Saya berharap teman-teman petani di sini, selain menggunakan varietas unggul baru juga menggunakan sistem `jajar legowo` yang sudah diakui dapat meningkatkan produktivitas tanaman kita," katanya usai mengikuti panen bersama Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian Momon Rusmono di Desa Binangun, Kecamatan Binangun, Cilacap, Senin.
Terkait dengan bibit padi varietas unggul baru, dia mengatakan salah satunya Inpari 33 yang merupakan hasil inovasi anak bangsa yang harus dikembangkan secara masif.
Menurut dia, Inpari 33 memiliki kelebihan berupa tahan terhadap serangan wereng batang cokelat.
Selain itu, kata dia, produktivitas Inpari 33 bisa mencapai 9,3 ton gabah kering panen per hektare seperti yang ditanam petani di Desa Binangun.
Produktivitas tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan varietas-varietas di bawahnya seperi Situ Bagendit dan Ciherang yang berkisar 6--7 ton GKP per hektare.
"Ini bentuk-bentuk inovasi yang harus dikembangkan secara masif di lapangan. Inovasi ini sudah diaplikasikan di sebagian lahan sawah Desa Binangun," tegasnya.
Ia mengatakan jika penerapan inovasi teknologi pertanian tersebut lebih dimasifkan di Cilacap, surplus beras di kabupaten itu akan lebih banyak lagi.
Dengan demikian, kata dia, ketahanan pangan akan tercapai dengan lebih baik lagi.
"Saya berharap teman-teman petani di sini, selain menggunakan varietas unggul baru juga menggunakan sistem `jajar legowo` yang sudah diakui dapat meningkatkan produktivitas tanaman kita," katanya usai mengikuti panen bersama Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian Momon Rusmono di Desa Binangun, Kecamatan Binangun, Cilacap, Senin.
Terkait dengan bibit padi varietas unggul baru, dia mengatakan salah satunya Inpari 33 yang merupakan hasil inovasi anak bangsa yang harus dikembangkan secara masif.
Menurut dia, Inpari 33 memiliki kelebihan berupa tahan terhadap serangan wereng batang cokelat.
Selain itu, kata dia, produktivitas Inpari 33 bisa mencapai 9,3 ton gabah kering panen per hektare seperti yang ditanam petani di Desa Binangun.
Produktivitas tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan varietas-varietas di bawahnya seperi Situ Bagendit dan Ciherang yang berkisar 6--7 ton GKP per hektare.
"Ini bentuk-bentuk inovasi yang harus dikembangkan secara masif di lapangan. Inovasi ini sudah diaplikasikan di sebagian lahan sawah Desa Binangun," tegasnya.
Ia mengatakan jika penerapan inovasi teknologi pertanian tersebut lebih dimasifkan di Cilacap, surplus beras di kabupaten itu akan lebih banyak lagi.
Dengan demikian, kata dia, ketahanan pangan akan tercapai dengan lebih baik lagi.