Solo, (Antaranews Jateng) - Masyarakat di Kota Surakarta dan sekitar, terutama yang tinggal di dekat Bengawan Solo, hampir setiap tahun sekali dilanda banjir akibat meluapnya air sungai yang memiliki sejarah terciptanya lagu Bengawan Solo oleh Gesang, maestro keroncong.

Bengawan Solo
Riwayatmu ini
Sedari dulu jadi ...
Perhatian insani

Musim kemarau
Tak seberapa airmu
Di musim hujan air ...
Meluap sampai jauh

Mata airmu dari Solo
Terkurung gunung seribu
Air meluap sampai jauh
Dan akhirnya ke laut

Itu perahu
Riwayatnya dulu
Kaum pedagang selalu ...
Naik itu perahu

Lagu yang diciptakan seniman terkenal Gesang tersebut merupakan apa yang sering dilihat secara nyata di lapangan. Bahkan, lagu itu kini sangat terkenal di dunia hingga diubah dengan bahasa Mandarin dan Jepang.

Bencana banjir akibat meluapnya air Bengawan Solo tersebut terakhir terjadi pada tanggal 28 sampai dengan 29 November 2017.

Air banjir akibat meluapnya air Sungai Bengawan mulai menggenangi puluhan rumah warga di empat kelurahan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, yakni di Jebres, Gandekan, Pucangsawit, dan Kampung Sewu. Ketinggian genangan air antara 20 dan 50 sentimeter.

Kepala Polsek Jebres Polres Kota Surakarta Kompol Juliana turun langsung membantu warga di lokasi bencana. Dia ikut mengevakuasi warga yang rumahnya terkena air ke tempat yang aman, seperti kantor kelurahan dan masjid.

Menurut Juliana, hujan yang terjadi selama 2 hari di Kota Surakarta dan sekitarnya menyebabkan air Bengawan Solo meluap dan menggenangi beberapa rumah warga di daerah dekat sungai.

Banjir di Kelurahan Jebres, terutama di Kampung Gulon RT 05/RW 21 mulai masuk rumah warga dengan ketinggian sekitar 20 cm. Selain itu, di Kelurahan Gandekan sebanyak 40 rumah warga di Karangasem RT 02/RW 02 atau Taman Cerdas juga terkena dampak luapan air sungai dengan ketinggian air sekitar 30 cm, sedangkan di Kampung Penjalan RT01/RW04 ada 16 kepala keluarga yang menjadi korban bencana.

Air banjir di Kelurahan Pucangsawit menggenangi wilayah RT 03/RW 06, RT 03/RW 08, RT 03/RW 04, dan RT 02/RW 09. Warga di Kampung Sewu ada 38 rumah yang terkena dampak banjir. Di Kampung Sewu, air masuk ke rumah warga di Putat RT 02/RW 03.

Bahkan, rumah warga di bantaran sungai di bawah tanggul sebanyak 15 unit. Mereka sudah ada yang mendirikan tenda. Namun, warga yang mengungsi disarankan ke kantor kelurahan. Pihaknya mengimbau warga tetap waspada karena kondisi cuaca mendung dan berpotensi turun hujan lagi.

Bencana banjir yang sering terjadi akibat meluapnya air bengawan tersebut membuat masyarakat menjadi siap dan menjaga kewaspadaan jika datang sewaktu-waktu. Mereka sudah seperti mengetahui jika terjadi hujan deras relatif cukup lama atau seharian, mereka lantas mengepaki barang-barang berharganya untuk diungsikan.

Menurut Lurah Gandekan Solo Dariman, rumah warga Gandekan yang terkena dampak banjir sebanyak 144 kepala keluarga dengan 580 jiwa di Kampung Karangasem yang terparah, Penjalan di RT 01/RW 04 ada 34 KK dengan 136 jiwa.

Menurut Dariman, warga mulai mengungsi ke Kantor Kelurahan Gandekan sejak Selasa (28/11) sekitar pukul 19.00 WIB. Keesokan harinya, Rabu (29/11) siang, sebagian sudah kembali ke rumah masing-masing. Warga yang masih mengungsi di kantor kelurahan sebanyak 21 orang.

Menyinggung soal logistik, pihaknya sudah menyampaikan surat ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Surakarta.

Menurut dia, banjir terjadi karena mesin pompa penyedot air di Kali Buntung merupakan anak sungai dari Kali Pepe yang mengalir ke Bengawan Solo sedang dalam perbaikan sehingga air meluap akibat sungai tidak mampu menampung air hujan.

Pihaknya sudah mengimbau warganya untuk tetap waspada terhadap musim hujan saat ini. Jika turun hujan berlangsung lama, potensi banjir di kawasannya bisa terjadi lagi.

Purwo (58), warga RT 02/RW 02 Kampung Karangasem, Kelurahan Gandekan, Kecamatan Jebres, Solo mengatakan bahwa banjir di Kelurahan Gandekan Jebres pada tahun ini tidak terlalu besar dibanding pada bulan Januari 2010 dengan ketinggian mencapai 1 s.d. 2 meter.

Menurut Purwo, banjir di kampungnya pada tahun ini ketinggian air terparah 100 cm, terutama di daerah cekungan atau kawasan Taman Cerdas di Karangasem. Akan tetapi, jika air bengawan mulai surut, banjir di perkampungan juga ikut turun.

Kendati demikian, kata dia, warga sudah dilakukan pelatihan dengan membentuk masyarakat waspada bencana.

Waduk Gajah Mungkur

Divisi Jasa ASA III/Perum Jasa Tirta (PJT) I Wilayah Sungai Bengawan Solo membuka pintu air Bendungan Sergaguna Wonogiri atau Waduk Gajah Mungkur untuk mempertahankan tampungan air jika terjadi banjir pada hari mendatang.

Kepala Subbid Divisi III/PJT I Wilayah Sungai Bengawan Solo Hermawan Cahyo Nugroho menegaskan bahwa pembukaan pintu air melalui pertimbangan tentang kondisi ketinggian air.

Debit air yang keluar dari waduk itu rata-rata 150 meter kubik per detik tidak akan mengakibatkan efek luar biasa seperti yang sering diceritakan selama ini.

Menurut Hermawan Cahyo Nugroho, kondisi Bengawan Solo pada saat itu normal dan aman. Meskipun dalam kondisi aman, masyarakat harus tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana, terutama selama musim hujan.

Ia menjelaskan bahwa pelepasan air waduk tersebut untuk tetap mempertahankan tampungan air jika ada debit banjir yang datang pada hari berikutnya.

Dengan pelepasan debit 150 meter kubik per detik pada saat itu, aman bagi wilayah hilirnya.

Setidaknya ada lima sungai besar yang menyumbang kenaikan elevasi air Waduk Gajah Mungkur, antara lain, Kali Bengawan Solo Hulu, Kali Kaduang, Kali Tirtomoyo, Kali Temin, dan Kali Alang.

Pihaknya mengoperasikan pintu air, tetapi juga memperhitungkan kondisi hilir. Saat itu Jurug Solo Siaga Kuning. Keputusan buka-tutup pintu air tersebut menunggu evaluasi lebih lanjut.

Meluapnya air Bengawan Solo bukan disebabkan dibukanya pintu WGM. Intensitas curah hujan yang tinggi membuat anak-anak sungai Bengawan Solo meluap airnya.

Selama ini, pola berpikir masyarakat adalah penyebab utama banjir di Solo adalah WGM, sedangkan secara teknik di bawah WGM masih ada filter lagi sebelum air masuk DAS Bengawan Solo, yaitu Bendung/DAM Colo. Air dari WGM akan dikendalikan di bendung itu sebelum dilepas ke DAS Bengawan Solo.

Namun, kata dia, hal yang perlu diketahui justru selama ini penyebab banjir di Sukoharjo, Solo, dan Sragen karena kiriman luapan air dari beberapa anak sungai, seperti Kali Walikan dari Gunung Lawu yang terpecah dua, sebagian aliran masuk alur sebelum DAM Colo dan sebagian langsung masuk alur DAS Bengawan Solo.

Air dari Gunung Lawu masih ada saluran melalui Kali Samin yang mengirim luapan air dari Ngargoyoso, Tawangmangu. Di bawahnya ada Kali Dengkeng yang bermuara di Gunung Merapi melalui Kali Woro-Klaten-Cawas-Karangdowo, serta Kali Brambangan yang muaranya sama, hanya saja melalui Sukoharjo.


Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor :
Copyright © ANTARA 2024