Semarang, (Antaranews Jateng) - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang meminta pemerintah kota setempat untuk fokus memaksimalkan Bus Rapid Transit (BRT) Transsemarang ketimbang membangun moda transportasi baru.

"Seperti transportasi berbasis rel, Light Rapid Transit (LRT) atau Mass Rapid Transit (MRT), sepertinya belum mendesak dibangun di Semarang," tegas Wakil Ketua DPRD Kota Semarang Joko Santoso di Semarang, Minggu.

Politikus Partai Gerindra itu menilai Pemerintah Kota Semarang sudah memiliki BRT Transsemarang yang selama ini bisa diandalkan sebagai moda transportasi massal yang semestinya dikembangkan lebih maksimal.

Kalaupun mau membangun sistem transportasi LRT atau MRT, kata dia, perlu kajian yang mendalam untuk merealisasikannya, mengingat kebutuhan anggarannya yang tidak sedikit untuk membangun infrastruktur dan modanya.

"Kecuali, jika pengguna angkutan umum yang sudah ada luar biasa. Artinya, sudah tidak memenuhi lagi. Bolehlah dibangun LRT atau sejenisnya. Sementara ini kan memang belum mendesak dibangun," katanya.

Ia mengatakan keberadaan BRT Transsemarang sangat efektif sebagai moda transportasi massal jika memang dikembangkan dan dikelola secara serius untuk menjangkau seluruh wilayah permukiman yang ada di Kota Semarang.

Selain itu, Joko mengatakan pengembangan BRT Transsemarang pun harus dilakukan secara menyeluruh dengan pembenahan moda-moda transportasi yang sudah ada, seperti angkutan umum dijadikan "feeder" (pengumpan).

"Lebih baik memaksimalkan angkutan umumnya dulu untuk dijadikan `feeder`. Efeknya, angkutan umum itu bisa maksimal menjangkau sampai permukiman warga, kemudian diumpan ke `shelter-shelter` Transsemarang," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, sebaiknya Pemkot Semarang fokus untuk pengembangan BRT Transsemarang, apalagi tahun depan direncanakan untuk penambahan dua koridor baru moda transportasi massal tersebut.

Sebelumnya, pakar transportasi Universitas Katolik Soegijapranta Semarang Djoko Setijowarno juga menyarankan untuk memaksimalkan BRT Transsemarang ketimbang membangun sistem transportasi baru, seperti LRT.

"Bandung dan Surabaya saja yang sudah memiliki perencanaan matang untuk LRT sejak 5 tahun lalu saja sekarang ini belum apa-apa, apalagi Semarang. Biayanya `kan juga besar sekali untuk membangun LRT," katanya.

Senada, Djoko juga melihat perlunya keberadaan angkutan "feeder" dengan memanfaatkan keberadaan angkutan kota (angkot) untuk pengumpan masyarakat yang ada di kawasan permukiman dengan halte Transsemarang terdekat. 

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024