Magelang, ANTARA JATENG - Beberapa orang terlihat melayani sejumlah wisatawan yang berburu souvenir di sebuah bangunan kecil di bagian halaman Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Borobudur di Dusun Ngaran.
Mereka melayani dengan ramah pada setiap pengunjung yang tengah memilih dan menanyakan harga barang-barang kerajinan yang dipajang di art shop tersebut.
Para pengelola art shop tersebut merupakan warga Desa Borobudur yang sebelumnya menjadi pedagang asongan di kompleks Taman Wisata Candi Borobudur.
Banyaknya pedagang asongan di Taman Wisata Candi Borobudur terkadang membuat kenyamanan pengunjung terusik, apalagi kalau pedagang tersebut menawarkan dagangannya dengan mengejar-ngejar wisatawan.
Manajer Proyek Balkondes dan Homestay PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Bpko (TWC), Joni Sulistyono mengatakan art shop di balkondes ini juga menjadi salah satu tujuan didirikannya balkondes.
Bagaimana mengubah pola pikir pedagang khusunya, tidak harus semuanya berjualan di dalam areal candi, yang justru bisa menimbulkan efek ketidaknyamanan pengunjung.
Menurut dia art shop di Balkondes Borobudur ini sudah bisa mengentaskan kurang lebih 21 orang. Pedagang yang semula setiap hari mereka di kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, mereka berbagi tempat untuk bisa memajang kerajinan di sini.
"Berdasarkan keterangan beberapa pedagang yang berada di art shop balkondes, mereka menyatakan hasilnya bagus di sini," katanya.
Pedagang di sini tidak usah mengejar-ngejar, tidak berpanas-panasan, tetapi justru didatangi wisatawan.
"Ini pengalaman mereka yang bisa ditularkan pada pedagang yang lain untuk bisa dilakukan di balkondes lainnya," katanya.
Ia mengatakan dari 21 orang tersebut, mereka bergiliran berjaga di art shop. Sejak awal mereka sudah diminta bikin rencana, membuat daftar barang yang paling laku dan barang itu produk dari mana.
"Sebanyak 21 orang yang jaga cukup empat orang secara bergiliran dan mereka yang tidak berjaga bisa membuat atau memproduksi barang kerajinan yang paling laris tersebut, kami bantu pelatihannya," katanya.
Kalau setiap balkondes bisa menarik sekitar 20 pedagang asongan dari Candi Borobudur maka sedikitanya bisa mengurangi 400 orang yang akan berjualan di 20 balkondes di desa-desa di Kecamatan Borobudur.
Penjual cendera mata di Balkondes Borobudur, warga Dusun Gopalan, Desa Borobudur, Herdin (32) mengaku sebelum berjualan di balkondes menjadi penjual asongan di Candi Borobudur.
Ia menuturkan kondisi di kompleks Candi Borobudur terlalu banyak pedagang apalagi kalau masa libur Lebaran atau Tahun Baru banyak pedagang musiman yang berdatangan.
"Untuk hari-hari biasa jualan di Candi Borobudur kadang laku kadang tidak," kata laki-laki lulusan SMA Muhammadiyah Borobudur ini.
Ia mengatakan setelah adanya balkondes ini para pedagang asongan warga Desa Borobudur yang semula berjualan di Candi Borobudur diminta untuk berjualan di Balkondes Borobudur.
"Kami membentuk paguyuban di balkondes ini sehingga pengelola art shop ini bukan perseorangan, tetapi paguyuban. Perajin atau pedagang di Desa Borobudur bisa menitipkan produknya untuk dijual di sini," katanya.
Ia menuturkan penghasilan lebih baik di sini, meskipun tidak setiap hari bisa diterimanya, karena bagi hasil keuntungan dilakukan seminggu sekali.
"Pembagian dan rekap dagangan dilakukan setiap Jumat, dari dagangan yang laku kami setor pada orang yang menitipkan barang. Kemudian dari laba bersih dibagi untuk yang jaga, selain itu juga disisihkan untuk kas paguyuban dan desa," katanya.
Menurut dia lebih enak berjualan di balkondes, pengunjungnya datang ke art shop dan pihaknya tidak usah mengejar-ngejar pembeli sehingga kesannya lebih sopan.
Ia menilai peran dokar atau andong tilik ndeso yang selalu membawa wisatawan ke balkondes ini perannya cukup besar dalam penjualan souvenir.
Setiap hari ada 12 hingga 13 dokar yang beroperasi, pada hari-hari biasa paling tidak setiap dokar bisa membawa wisatawan dua kali ke sini, kalau hari libur bisa lima kali lebih mereka mengantar wisatawan keliling desa sekitar Candi Borobudur.
Ia mengungkapkan dari sejumlah pengunjung yang datang naik dokar tersebut sekitar 65-75 persen membeli barang kerajinan di art shop ini.
"Melihat peran para kusir yang cukup besar dalam distribusi pengunjung ke balkondes, kami juga menyisihkan sebagain keuntungan untuk mereka agar tetap semangat," katanya.
Ia mengatakan pada hari biasa art shop buka pada pukul 08.00-16.00 WIB, sedangkan hari Sabtu dan Minggu bisa lebih dari pukul 16.00 WIB, kadang kalau malam hari ada acara di balkondes art shop juga buka.
Menurut dia dengan adanya balkondes ini banyak peluang usaha yang bisa membuka lapangan kerja. (ksm)