Kudus, ANTARA JATENG - Pabrik gula yang tidak memiliki dukungan lahan tanaman tebu yang memadai diusulkan untuk ditutup karena dikhawatirkan mengganggu pasokan bahan baku pabrik gula yang ada lebih dahulu, kata Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Bowo Sidik Pangarso.

"Pemerintah perlu segera bertindak untuk menutup pabrik gula yang keberadaannya tanpa dukungan lahan tanaman tebu yang memadai," ujarnya saat meninjau proyek revitalisasi mesin PG Rendeng Kudus, Kamis.

Selain mengancam ketersediaan bahan baku pabrik gula milik pemerintah, kata dia, keberadaan pabrik gula tersebut juga dikhawatikan memicu terjadinya persaingan tidak sehat.

Pasalnya, kata dia, ada pabrik gula yang tidak memiliki dukungan lahan tanaman tebu yang memadai berani membeli tebu petani dengan harga tinggi.

Adanya persaingan harga yang tidak sehat, kata politisi dari Partai Golkar itu, dimungkinkan bisa menyulitkan pabrik gula milik pemerintah dalam mendapatkan bahan baku.

Apalagi, lanjut dia, pabrik gula milik pemerintah selama ini telah melakukan pembinaan kepada petani.

Meskipun demikian, lanjut dia, pabrik gula milik pemerintah tersebut tidak bisa melarang petani menjual tebunya ke pabrik gula lain yang menawarkan harga lebih tinggi.

"Pendirian pabrik gula idealnya harus didukung dengan ketersediaan lahan yang memadai. PG harus aktif membina dan mendampingi petani," ujarnya.

Ia menambahkan, dirinya juga mendapat laporan rencana pembangunan pabrik gula di Kabupaten Rembang.

Rencana pendirian pabrik gula tersebut, kata dia, harus dikaji secara serius, termasuk terkait ketersediaan lahan untuk memasok bahan baku tebunya.

"Jangan sampai pabrik gula muncul dan mengurangi pasokan tebu ke pabrik gula yang dikelola PTPN," ujarnya.

Sidik menganggap, pemerintah sudah serius untuk memperbaiki pabrik gula yang dikelola PTPN agar lebih efektif kinerjanya.

Misal, kata dia, pemerintah telah mengucurkan modal hingga Rp225 miliar untuk merevitaliasi PG Rendeng Kudus guna meningkatkan kapasitas produksi gula putih sekaligus untuk mendukung swasembada gula di Tanah Air.

Proyek revitalisasi PG Rendeng Kudus, ditargetkan bisa rampung 2019.

Dengan anggaran sebesar itu, diharapkan bisa menambah kapasitas giling dari 2.500 ton tebu per hari menjadi 4.000 ton per hari.

Untuk mencapai kapasitas tersebut, maka dibutuhkan perbaikan, penambahan maupun penggantian beberapa alat produksi di PG Rendeng.

Asisten Manajer PG Rendeng Kudus Agung Ery Wardana saat menerima kedatangan Ketua Komisi VI DPR RI menyatakan, mendukungnya terhadap usulan penutupan pabrik gula yang tidak memiliki lahan tebu memadai.

Ia mengakui, musim giling tebu tahun ini PG Rendeng Kudus kesulitan memenuhi target produksi.

Dari target produksi gula kristal sebanyak 22.377 ton, ternyata PG Rendeng hanya mampu memproduksi gula putih sebanyak 9.200 ton atau 41,11 persen.

Hal itu, disebabkan karena minimnya pasokan bahan baku tanaman tebu dari petani.

Adapun target awal sebelum mengawali musim giling, untuk tanaman tebu sebanyak 334.696 ton dari lahan areal tanaman tebu seluas 4.795 hektare yang tersebar di tujuh kabupaten bisa dicapai.

Sementara capaian tebu yang digiling sekitar 150.765 ton yang berasal dari tujuh kabupaten.

Capaian rendemen juga tidak sesuai target karena hanya terealisasi 6,3 persen dari target sebelumnya 6,67 persen.

Pewarta : Akhmad Nazaruddin Lathif
Editor :
Copyright © ANTARA 2024