Banjarnegara, ANTARA JATENG - Industri kerajinan keramik khas Klampok, Desa Klampok, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, siap bersaing dengan produk sejenis dari negara lain pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), kata pemilik Kelompok Usaha Keramik "Mustika" Tri Mulyantoro.

"Itu sebuah tantangan bagi kita, sebuah keniscayaan yang memang kita tidak boleh menolak. Kami hanya berusaha, mudah-mudahan produksi kami bisa lebih berkualitas, bisa diterima oleh pasar dengan segala kelebihan dan kekurangan yang kami miliki," katanya di Klampok, Kecamatan Purwareja Klampok, Banjarnegara, Sabtu.

Tri Mulyantoro mengatakan bahwa era MEA paling tidak bisa menjadi pembelajaran bagi pengrajin keramik agar bisa bersaing dengan produk-produk luar negeri.

Ia merasa optimistis bahwa produk keramik khas Klampok masih bisa diterima pasar.

Menurut dia, hal itu terlihat dari permintaan pasar terhadap produk poci keramik cukup bagus, terutama dari produsen teh.

"Permintaan poci dari salah satu perusahaan teh sebenarnya mencapai 1.200 set per bulan. Namun,kami hanya bisa memenuhi sekitar 700 hingga 800 per bulan. Itu merupakan pasar potensial," katanya.

Selain untuk memenuhi permintaan perusahaan teh, kata dia, poci keramik juga banyak dipesan oleh toko suvenir dan rumah makan di sejumlah daerah seperti Banten dan Tegal.

Lebih lanjut, Tri mengakui industri keramik Klampok sempat mengalami masa kejayaan pada era 90-an karena saat itu terdapat sekitar 30 kelompok pengrajin.

"Namun, sekarang tinggal beberapa pengrajin yang masih bertahan, antara lain, Mustika dan Usaha Karya. Jadi, gambarannya kalau dibanding tahun 1980 hingga 1990-an memang jauh. Insyaallah, kami akan mencoba untuk terus (berlanjut), minimal bertahan kalau bisa bertahan," katanya yang merupakan mitra binaan PT Pertamina (Persero).

Menyinggung soal kemungkinan melakukan ekspor keramik, dia mengaku pernah melakukannya pada era 90-an dengan negara tujuan Singapura, Malaysia, Jepang, Belanda, dan Australia.

"Namun, sekarang sudah lama tidak ekspor. Biasanya importir minta tepat waktu. Akan tetapi, kami tidak bisa tepat waktu. Selain itu, harus memenuhi jumlah tertentu, kami tidak sanggup untuk itu," jelasnya.

Terkait dengan dukungan Pertamina, Tri mengatakan bahwa BUMN itu cukup membantu pengembangan usaha keramik "Mustika", terutama dari permodalan.

Menurut dia, pihaknya pernah beberapa kali mendapat pinjaman modal dan terakhir sebesar Rp75 juta.

"Kami juga pernah diikutkan dalam pelatihan dan pameran-pameran. Harapan kami, kalau ada pameran lagi, kami diikutkan," kata dia yang melibatkan 22 pekerja dan tiga mitra usaha kerajinan keramik.

Pewarta : Sumarwoto
Editor :
Copyright © ANTARA 2024