Semarang, ANTARA JATENG - Atraksi kera panjat pinang di Gua Kreo menjadi daya pikat baru yang diandalkan pengelola untuk menarik kunjungan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara, ke destinasi wisata di Gunungpati, Semarang tersebut.
"Kera panjat pinang hampir sama seperti lomba-lomba panjat pinang umumnya. Bedanya yang memanjat kera," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Agrowisata Gua Kreo Kota Semarang Mamit Sumitra di Semarang, Kamis.
Beberapa kera ekor panjang yang menjadi penghuni asli objek wisata itu akan berebut memanjat tiang untuk mendapatkan hadiah-hadiah yang dipasang menggantung, yakni makanan, seperti pisang dan kacang rebus.
Dengan hiburan baru itu, kata dia, ternyata berdampak signifikan terhadap lonjakan pengunjung yang mencapai 10 kali lipat, khususnya pada Minggu dan hari libur saat atraksi itu digelar.
"Memang (Atraksi kera panjat pinang, red.) hanya digelar hari Minggu dan hari libur, namun rutin. Sayangnya bambu yang biasa digunakan untuk panjat pinang kemarin malah patah," katanya.
Namun, Mamit akan segera mencari bambu pengganti agar atraksi kera panjat pinang itu bisa kembali dinikmati pengunjung Gua Kreo Semarang pada Minggu mendatang dan seterusnya.
Untuk tiket masuk, ia menyebutkan masih relatif terjangkau yakni, Rp2.500/orang, sudah termasuk asuransi sehingga banyak yang menjadikan Gua Kreo sebagai jujukan ketika berkunjung ke Semarang.
Beberapa fasilitas, seperti taman bermain anak-anak, "camping ground", pujasera, mushalla, papan petunjuk, toilet, dan gazebo disediakan untuk kenyamanan para pengunjung.
"Seiring makin banyaknya pengunjung, kami maksimalkan upaya pengamanan dengan meminta bantuan dari babinsa di koramil setempat dan babinkamtibmas di Polsek Gunungpati," katanya.
Ia menjelaskan upaya pengamanan itu semata-mata untuk memberikan rasa yang nyaman dan aman bagi para wisatawan yang berkunjung, mengingat objek wisata tersebut di daerah perbukitan.
"Kami telah bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mencegah longsor. Beberapa hari ini, curah hujan kan tinggi. Salah satu pencegahan (longsor, red.), ditanami banyak pepohonan," katanya.
Meski demikian, Mamit mengatakan menanam pohon di Gua Kreo tidak semudah di tempat lain karena perilaku kera-kera ekor panjang membuat pepohonan tidak tumbuh tinggi ke atas, melainkan melebar.
"Makanya tanaman-tanaman di sini (Gua Kreo, red.) tumbuhnya melebar, tidak tinggi. Ya, bagaimana lagi. Biar tanaman awet enggak dirusak kera-kera, kami tanami tanaman salak yang berduri," katanya.
"Kera panjat pinang hampir sama seperti lomba-lomba panjat pinang umumnya. Bedanya yang memanjat kera," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Agrowisata Gua Kreo Kota Semarang Mamit Sumitra di Semarang, Kamis.
Beberapa kera ekor panjang yang menjadi penghuni asli objek wisata itu akan berebut memanjat tiang untuk mendapatkan hadiah-hadiah yang dipasang menggantung, yakni makanan, seperti pisang dan kacang rebus.
Dengan hiburan baru itu, kata dia, ternyata berdampak signifikan terhadap lonjakan pengunjung yang mencapai 10 kali lipat, khususnya pada Minggu dan hari libur saat atraksi itu digelar.
"Memang (Atraksi kera panjat pinang, red.) hanya digelar hari Minggu dan hari libur, namun rutin. Sayangnya bambu yang biasa digunakan untuk panjat pinang kemarin malah patah," katanya.
Namun, Mamit akan segera mencari bambu pengganti agar atraksi kera panjat pinang itu bisa kembali dinikmati pengunjung Gua Kreo Semarang pada Minggu mendatang dan seterusnya.
Untuk tiket masuk, ia menyebutkan masih relatif terjangkau yakni, Rp2.500/orang, sudah termasuk asuransi sehingga banyak yang menjadikan Gua Kreo sebagai jujukan ketika berkunjung ke Semarang.
Beberapa fasilitas, seperti taman bermain anak-anak, "camping ground", pujasera, mushalla, papan petunjuk, toilet, dan gazebo disediakan untuk kenyamanan para pengunjung.
"Seiring makin banyaknya pengunjung, kami maksimalkan upaya pengamanan dengan meminta bantuan dari babinsa di koramil setempat dan babinkamtibmas di Polsek Gunungpati," katanya.
Ia menjelaskan upaya pengamanan itu semata-mata untuk memberikan rasa yang nyaman dan aman bagi para wisatawan yang berkunjung, mengingat objek wisata tersebut di daerah perbukitan.
"Kami telah bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mencegah longsor. Beberapa hari ini, curah hujan kan tinggi. Salah satu pencegahan (longsor, red.), ditanami banyak pepohonan," katanya.
Meski demikian, Mamit mengatakan menanam pohon di Gua Kreo tidak semudah di tempat lain karena perilaku kera-kera ekor panjang membuat pepohonan tidak tumbuh tinggi ke atas, melainkan melebar.
"Makanya tanaman-tanaman di sini (Gua Kreo, red.) tumbuhnya melebar, tidak tinggi. Ya, bagaimana lagi. Biar tanaman awet enggak dirusak kera-kera, kami tanami tanaman salak yang berduri," katanya.