Kudus, ANTARA JATENG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengapresiasi masyarakat Kabupaten Kudus dan sekitarnya yang antusias mengikuti tradisi buka luwur di Makam Sunan Kudus, Sabtu.
"Selain itu, tradisinya juga masih berjalan serta kehidupan religiusnya juga terjaga dengan baik," ujarnya usai mengikuti ritual buka luwur di Makam Sunan Kudus, Sabtu.
Ia juga mengapresiasi peran semua pihak dalam merawat sebuah peninggalan yang memiliki relasi spiritual.
"Kami menganggap ini merupakan kehebatan bangsa Indonesia," ujarnya.
Tradisi buka luwur (kain/kelambu penutup makam) setiap tahunnya tidak pernah sepi dari kunjungan masyarakat dari berbagai daerah. Mereka memadati kompleks Makam Sunan Kudus guna memperebutkan nasi uyah asem (jawa) dan nasi jangkrik goreng.
Tradisi buka luwur yang diselenggarakan setiap 10 Muharam atau pada Sabtu (30/9), merupakan ritual keagamaan untuk menandai penggantian kelambu di Makam Sunan Kudus.
Ribuan warga rela antre panjang hanya untuk mendapatkan nasi uyah asem serta nasi jangkrik. Nasi bungkus yang diperoleh dari prosesi buka luwur dipercaya sejumlah masyarakat akan mendatangkan berkah.
Tak heran, hampir sebagian besar warga yang rela antre tersebut selalu hadir di acara buka luwur untuk mendapatkan nasi uyah asem.
Meskipun harus berdesak-desakan, mereka tidak mempermasalahkan, karena kondisinya setiap tahun seperti itu.
Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus Muhammad Nadjib Hassan menjelaskan, berkat (hidangan) buka luwur dengan masakan uyah asem dan jangkrik goreng disediakan sebanyak 30.465 bungkus, sedangkan nasi yang dikemas dengan keranjang sebanyak 2.278 bungkus.
Daging dan nasi yang dibagikan tersebut, kata dia, berasal dari masyarakat yang berinisiatif sendiri memberikan bantuan. Selain mendapatkan bantuan uang, panitia buka luwur juga mendapatkan bantuan berupa beras, kerbau, dan kambing serta bumbu-bumbuan.
Beras yang diterima sebanyak 11,5 ton, kerbau 12 ekor dan kambing sebanyak 82 ekor. Jumlah relawan yang dilibatkan untuk memasak, kata dia, mencapai 1.041 orang.
Ia menjelaskan, bahwa penamaan buka luwur dan buka khaul karena kegiatan tersebut bukan untuk memeringati wafatnya Sunan Kudus, melainkan untuk mengenang jasa dan keteladanan Sunan Kudus sebagai tokoh pendiri Kudus yang menyebarkan Islam.
"Selain itu, tradisinya juga masih berjalan serta kehidupan religiusnya juga terjaga dengan baik," ujarnya usai mengikuti ritual buka luwur di Makam Sunan Kudus, Sabtu.
Ia juga mengapresiasi peran semua pihak dalam merawat sebuah peninggalan yang memiliki relasi spiritual.
"Kami menganggap ini merupakan kehebatan bangsa Indonesia," ujarnya.
Tradisi buka luwur (kain/kelambu penutup makam) setiap tahunnya tidak pernah sepi dari kunjungan masyarakat dari berbagai daerah. Mereka memadati kompleks Makam Sunan Kudus guna memperebutkan nasi uyah asem (jawa) dan nasi jangkrik goreng.
Tradisi buka luwur yang diselenggarakan setiap 10 Muharam atau pada Sabtu (30/9), merupakan ritual keagamaan untuk menandai penggantian kelambu di Makam Sunan Kudus.
Ribuan warga rela antre panjang hanya untuk mendapatkan nasi uyah asem serta nasi jangkrik. Nasi bungkus yang diperoleh dari prosesi buka luwur dipercaya sejumlah masyarakat akan mendatangkan berkah.
Tak heran, hampir sebagian besar warga yang rela antre tersebut selalu hadir di acara buka luwur untuk mendapatkan nasi uyah asem.
Meskipun harus berdesak-desakan, mereka tidak mempermasalahkan, karena kondisinya setiap tahun seperti itu.
Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus Muhammad Nadjib Hassan menjelaskan, berkat (hidangan) buka luwur dengan masakan uyah asem dan jangkrik goreng disediakan sebanyak 30.465 bungkus, sedangkan nasi yang dikemas dengan keranjang sebanyak 2.278 bungkus.
Daging dan nasi yang dibagikan tersebut, kata dia, berasal dari masyarakat yang berinisiatif sendiri memberikan bantuan. Selain mendapatkan bantuan uang, panitia buka luwur juga mendapatkan bantuan berupa beras, kerbau, dan kambing serta bumbu-bumbuan.
Beras yang diterima sebanyak 11,5 ton, kerbau 12 ekor dan kambing sebanyak 82 ekor. Jumlah relawan yang dilibatkan untuk memasak, kata dia, mencapai 1.041 orang.
Ia menjelaskan, bahwa penamaan buka luwur dan buka khaul karena kegiatan tersebut bukan untuk memeringati wafatnya Sunan Kudus, melainkan untuk mengenang jasa dan keteladanan Sunan Kudus sebagai tokoh pendiri Kudus yang menyebarkan Islam.