Magelang, ANTARA JATENG - Hotel Mesastila yang ada di Kabupaten Magelang menyuguhkan wisata alam di tengah kebun kopi.
"Suasananya sangat tenang dan udaranya bersih, khas pegunungan," kata salah satu pengunjung yang juga Kepala Grup Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra pada acara media gathering di Hotel Mesastila Kabupaten Magelang, Rabu.
Manajer Restoran dan Bar Wiwid Suryanto mengatakan selama ini pengunjung yang datang kebanyakan adalah wisatawan luar negeri atau ekspatriat.
"Kontribusi dari pengunjung ekspatriat mencapai 80 persen, sedangkan sisanya adalah wisatawan domestik," katanya.
Selain ingin menikmati ketenangan dan keindahan alam, biasanya para pengunjung datang karena ingin mencicipi kopi hasil dari perkebunan hotel.
"Dalam satu bulan kami bisa menjual 500 cangkir kopi, sebagian berupa kopi tubruk biasa, sebagian lagi capucino," katanya.
Wiwid mengatakan mengingat proses pengolahan yang tidak mudah dan membutuhkan waktu lama, untuk satu cangkir kopi tubruk dihargai Rp65 ribu/cangkir, sedangkan untuk capucino harganya Rp45 ribu/cangkir.
Salah satu pemandu wisata kebun kopi, Nawang, mengatakan dari 11 hektare perkebunan kopi yang dimiliki oleh hotel, 90 persennya merupakan jenis kopi robusta.
"Kalau kopi arabika tidak cocok ditanam di daerah sini karena untuk arabika harus di dataran yang lebih tinggi," katanya.
Dalam setahun, volume panen kopi di perkebunan tersebut mencapai 7.000 sampai dengan 8.000 kg kopi basah atau 2.000 s.d. 3.000 kg kopi kering.
"Perbandingannya 1 kg kopi kering terbuat dari 4 kg kopi basah," katanya.
Dari total panen tersebut, kata Wiwid, seluruhnya untuk kebutuhan di hotel.
"Kami tidak hanya menyediakan menu minuman berbahan baku kopi tetapi kopi hasil perkebunan juga dijual dalam bentuk kemasan sehingga hasil panen ini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri," kata Wiwid.
"Suasananya sangat tenang dan udaranya bersih, khas pegunungan," kata salah satu pengunjung yang juga Kepala Grup Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra pada acara media gathering di Hotel Mesastila Kabupaten Magelang, Rabu.
Manajer Restoran dan Bar Wiwid Suryanto mengatakan selama ini pengunjung yang datang kebanyakan adalah wisatawan luar negeri atau ekspatriat.
"Kontribusi dari pengunjung ekspatriat mencapai 80 persen, sedangkan sisanya adalah wisatawan domestik," katanya.
Selain ingin menikmati ketenangan dan keindahan alam, biasanya para pengunjung datang karena ingin mencicipi kopi hasil dari perkebunan hotel.
"Dalam satu bulan kami bisa menjual 500 cangkir kopi, sebagian berupa kopi tubruk biasa, sebagian lagi capucino," katanya.
Wiwid mengatakan mengingat proses pengolahan yang tidak mudah dan membutuhkan waktu lama, untuk satu cangkir kopi tubruk dihargai Rp65 ribu/cangkir, sedangkan untuk capucino harganya Rp45 ribu/cangkir.
Salah satu pemandu wisata kebun kopi, Nawang, mengatakan dari 11 hektare perkebunan kopi yang dimiliki oleh hotel, 90 persennya merupakan jenis kopi robusta.
"Kalau kopi arabika tidak cocok ditanam di daerah sini karena untuk arabika harus di dataran yang lebih tinggi," katanya.
Dalam setahun, volume panen kopi di perkebunan tersebut mencapai 7.000 sampai dengan 8.000 kg kopi basah atau 2.000 s.d. 3.000 kg kopi kering.
"Perbandingannya 1 kg kopi kering terbuat dari 4 kg kopi basah," katanya.
Dari total panen tersebut, kata Wiwid, seluruhnya untuk kebutuhan di hotel.
"Kami tidak hanya menyediakan menu minuman berbahan baku kopi tetapi kopi hasil perkebunan juga dijual dalam bentuk kemasan sehingga hasil panen ini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri," kata Wiwid.