Semarang, ANTARA JATENG - Pemerintah Kota Semarang terus menggenjot berkembangnya "cashless society", yakni masyarakat yang dalam bertransaksi keuangan tidak lagi menggunakan uang tunai.
"`Cashless society` ini program Pemerintah Pusat yang harus dijalankan pemerintah daerah," kata Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi saat peluncuran TCash untuk Trans Semarang, di Semarang, Jumat.
TCash merupakan layanan uang elektronik dari Telkomsel yang sudah diaplikasi di berbagai "merchant" untuk penjualan berbagai produknya, dan sekarang ini untuk pembayaran tiket Trans Semarang.
Dengan stiker yang terintegrasi nomor telepon Telkomsel, pengguna TCash cukup menempelkannya di alat khusus yang ada di setiap koridor Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang untuk membayar tiket.
Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi mengatakan peluncuran TCash untuk pelayanan moda transportasi massal BRT Trans Semarang itu merupakan terobosan karena baru kali pertama di Indonesia.
"Kelebihannya banyak sekali, terutama menghindari hal-hal yang bersifat pungutan liar (pungli), pencatatan yang tidak sesuai dengan transaksi, atau kebocoran," kata politikus PDI Perjuangan itu.
Meski tidak menargetkan capaian tertentu, ia optimistis model pembayaran yang tidak lagi menggunakan uang tunai itu akan terus berkembang di Semarang yang disambut baik oleh masyarakatnya.
"Di jalan tol saja (pembayaran tol) mulai Oktober nanti kan sudah `cashless`. Ini semua terus dinamis. Warga Semarang enggak bayar secara `cash` lagi sudah Alhamdulillah," katanya.
Setelah di moda transportasi massal BRT Trans Semarang, kata Hendi, kerja sama dengan Telkomsel untuk pengembangan "cashless society" itu bisa saja diterapkan dalam bidang lainnya.
Sementara itu, SVP Mobile Financial Service Telkomsel Danu Wicaksana membenarkan rencana kerja sama lebih lanjut untuk pengembangan penggunaan TCash, yakni untuk retribusi parkir dan pasar.
Dengan TCash, kata dia, Pemkot Semarang bisa memonitor pedagang di pasar-pasar tradisional yang sudah atau belum membayar retribusi, termasuk parkir sehingga lebih efisien dan efektif.
"Jadi, nanti pedagang-pedagang mana yang belum bayar pajak, retribusi, dan sebagainya, misalnya di Pasar Johar atau pasar-pasar lainnya, bisa diketahui," kata Danu.
Sekarang ini, kata dia, TCash sudah memiliki berbagai fungsi pembayaran, baik untuk berbelanja, menikmati kuliner atau makan siang, dan sebagainya, termasuk transportasi seperti di Trans Semarang.
"Gerakan nontunai ini memang mandat pemerintah pusat untuk menghindari penyimpangan akibat peredaran uang tunai yang tidak terkendali, di samping biaya peredaran uang tunai lebih mahal," katanya.
Namun, kata dia, dengan uang elektronik, seperti TCash lebih murah karena tidak perlu mencetak uang, dan pengisian saldonya mudah, yakni lewat gerai Indomaret, ATM, "mobile banking", atau Grapari Telkomsel.
"`Cashless society` ini program Pemerintah Pusat yang harus dijalankan pemerintah daerah," kata Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi saat peluncuran TCash untuk Trans Semarang, di Semarang, Jumat.
TCash merupakan layanan uang elektronik dari Telkomsel yang sudah diaplikasi di berbagai "merchant" untuk penjualan berbagai produknya, dan sekarang ini untuk pembayaran tiket Trans Semarang.
Dengan stiker yang terintegrasi nomor telepon Telkomsel, pengguna TCash cukup menempelkannya di alat khusus yang ada di setiap koridor Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang untuk membayar tiket.
Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi mengatakan peluncuran TCash untuk pelayanan moda transportasi massal BRT Trans Semarang itu merupakan terobosan karena baru kali pertama di Indonesia.
"Kelebihannya banyak sekali, terutama menghindari hal-hal yang bersifat pungutan liar (pungli), pencatatan yang tidak sesuai dengan transaksi, atau kebocoran," kata politikus PDI Perjuangan itu.
Meski tidak menargetkan capaian tertentu, ia optimistis model pembayaran yang tidak lagi menggunakan uang tunai itu akan terus berkembang di Semarang yang disambut baik oleh masyarakatnya.
"Di jalan tol saja (pembayaran tol) mulai Oktober nanti kan sudah `cashless`. Ini semua terus dinamis. Warga Semarang enggak bayar secara `cash` lagi sudah Alhamdulillah," katanya.
Setelah di moda transportasi massal BRT Trans Semarang, kata Hendi, kerja sama dengan Telkomsel untuk pengembangan "cashless society" itu bisa saja diterapkan dalam bidang lainnya.
Sementara itu, SVP Mobile Financial Service Telkomsel Danu Wicaksana membenarkan rencana kerja sama lebih lanjut untuk pengembangan penggunaan TCash, yakni untuk retribusi parkir dan pasar.
Dengan TCash, kata dia, Pemkot Semarang bisa memonitor pedagang di pasar-pasar tradisional yang sudah atau belum membayar retribusi, termasuk parkir sehingga lebih efisien dan efektif.
"Jadi, nanti pedagang-pedagang mana yang belum bayar pajak, retribusi, dan sebagainya, misalnya di Pasar Johar atau pasar-pasar lainnya, bisa diketahui," kata Danu.
Sekarang ini, kata dia, TCash sudah memiliki berbagai fungsi pembayaran, baik untuk berbelanja, menikmati kuliner atau makan siang, dan sebagainya, termasuk transportasi seperti di Trans Semarang.
"Gerakan nontunai ini memang mandat pemerintah pusat untuk menghindari penyimpangan akibat peredaran uang tunai yang tidak terkendali, di samping biaya peredaran uang tunai lebih mahal," katanya.
Namun, kata dia, dengan uang elektronik, seperti TCash lebih murah karena tidak perlu mencetak uang, dan pengisian saldonya mudah, yakni lewat gerai Indomaret, ATM, "mobile banking", atau Grapari Telkomsel.