Magelang, ANTARA JATENG - Aktivitas latihan menari oleh sejumlah anak kecil di salah satu perumahan di Dusun Semalen, Desa Ngadirojo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, terlihat riang gembira, meskipun harus menutup penggalan jalan kompleks tinggal warga kelas menengah ke bawah itu.

Di bawah arahan seorang ibu muda, warga perumahan setempat, Lia Amelia, mereka berlatih menari Kuda Lumping. Musik pengiring tarian berupa rekaman "flash disk" yang ditancapkan ke perangkat tata suara dari dalam rumah seorang penghuni lainnya di kompleks itu, disetel kencang-kencang.

Sejak beberapa sore terakhir, penggalan jalan itu diwarnai dengan suasana kegiatan 10 anak berjingkrak-jingkrak, membuat konfigurasi gerak, dan berlatih menari untuk pentas pada malam peringatan HUT Ke-72 Kemerdekaan Indonesia di perumahan tersebut.

Para pengguna jalan ada yang harus melintas melewati jalur lain, sejumlah lainnya menyempatkan diri menghentikan laju kendaraannya, untuk menonton sejenak keriangan anak-anak berlatih tarian tradisional itu.

Saat hari-hari biasa, anak-anak setempat setiap sore asyik bergembira bermain sepeda mini, petak umpet, pasar-pasaran, maupun bentuk permainan lainnya hingga menjelang magrib. Akan tetapi, menjelang perayaan Hari kemerdekaan, aktivitas mereka beralih menjadi latihan menari.

Sekitar 13 ibu anggota dasa wisma di deretan rumah itu, juga berlatih menari tradisional "Topeng Ireng" untuk pentas serupa, malam tirakatan "Tujuhbelasan" di perumahan Griya Kharisma Indah I Dusun Semalen, Desa Ngadirojo, Kecamatan Secang, itu, Rabu (16/8).

Lia yang masa lajangnya tinggal di kawasan Gunung Sumbing dan Sindoro, Desa Kwadungan, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung, menjadi salah satu penari tarian tradisional di desanya, juga melatih para ibu kelompok dasa wisma tersebut.

"Untuk besok malam `Tujuhbelasan` sudah latihan beberapa kali. Saya dulu memang menari bersama lainnya waktu masih di kampung," ujar Lia yang bersuami seorang pedagang berbagai barang rumah tangga di pasar-pasar di Magelang dan sekitarnya itu.

Tempat mereka berlatih menari dan kompleks perumahan itu sejak beberapa hari terakhir telah tampak ingar-bingar suasananya karena berhiaskan kibaran bendera Merah Putih di depan rumah masing-masing. Umbul-umbul dan properti lainnya untuk peringatan "Tujuhbelasan" juga memenuhi kompleks tersebut.

Berbagai lomba dan permainan juga diselenggarakan oleh panitia "Tujuhbelasan" di perumahan setempat dengan melibatkan seluruh warga, antara lain lomba tenis meja, voli, dan jalan sehat.

Salah satu ketua rukun tetangga kompleks itu, Dharmawan, mengumumkan melalui grup media sosial warga untuk kegiatan kerja bakti memperindah wajah perumahan, antara lain membersihkan got, mengecat tempat sampah, dan mempercantik gapura masuk perumahan.

Peringatan HUT Ke-72 Kemerdekaan RI menjadi momentum mereka merayakan dengan bersuka ria. Pemerintah melalui berbagai sarana informasi dan media telah mengeluarkan pengumuman agar setiap warga memasang bendera Merah Putih selama sebulan penuh, terhitung mulai 1 Agustus lalu.

Momentum peringatan tersebut juga ditandai oleh belasan pelukis mural di Magelang untuk membuat karya di sejumlah tembok pinggir jalan-jalan kota setempat, sejak beberapa waktu terakhir.

Mereka membuat karya seni mural sepanjang sekitar 40 meter itu, antara lain di Jalan Diponegoro Kota Magelang dekat dengan kompleks kantor eks-Keresidenan Kedu.

Pada Sabtu (12/8) sore, mereka juga melakukan aksi serupa di tembok Jalan Jenggolo, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah, di dekat Museum OHD Kota Magelang.

"Kami menyambut perayaan HUT kemerdekaan bersama kawan-kawan dengan mengekspresikan kemerdekaan melalui karya mural," ujar salah satu seniman mural Magelang, Asrul Sani. Mereka adalah para pelukis mural dari berbagai tempat, baik di Kota maupun Kabupaten Magelang.

Seorang di antara mereka juga mengabari bahwa puluhan warga di tempat tinggalnya di Dusun Pare, Desa Blondo, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang bersemangat membuat seni mural di jalan dusunnya. Kegiatan mereka juga terkait dengan peringatan HUT Ke-72 RI yang jatuh pada 17 Agustus mendatang.

"Ini masih terus dikerjakan, kalau sekarang sudah sekitar 50 meter mural dikerjakan masyarakat dusun kami," ujar pelukis mural itu, Cholil Ipeh.

Kemeriahan "Tujuhbelasan" telah terasa di berbagai perkampungan warga, baik berupa kibaran bendera Merah Putih dengan berbagai properti lainnya maupun aneka perlombaan dan pemainan rakyat. Warga di setiap kampung atau rukun tetangga menggelar agenda meriah masing-masing.

Media sosial juga diwarnai dengan unggahan poster-poster kreatif yang mengabarkan agenda "Tujuhbelasan" masyarakat di kampung masing-masing, seperti halnya warga Desa Petung, Kecamatan Pakis, di kawasan Gunung Merbabu pada 21 Agustus akan melakukan upacara bendera dengan tema besar "Kidung Nusantoro" dirangkai dengan kirab budaya, pentas tari kolosal, pentas ketoprak, dan beberapa kesenian tradisional lainnya.

Stasiun radio siaran milik Pemerintah Kota Magelang, "Magelang FM", di Jalan Pahlawan Kota Magelang yang mengudara di frekuensi 103,5 juga berulang-ulang mengudarakan pengumuman rangkaian puncak HUT Ke-72 RI di daerah dengan tiga kecamatan dan 17 kelurahan itu.

Rangkaian peringatan yang direncanakan oleh Pemkot Magelang, antara lain pengibaran bendera Merah Putih di puncak Gunung Tidar, upacara detik-detik proklamasi kemerdekaan di Lapangan Rindam IV/Diponegoro Kota Magelang, dan pawai pembangunan oleh berbagai komponen masyarakat dan pemkot dari Lapangan Rindam, melewati alun-alun hingga Jalan Pemuda di kawasan pusat pertokoan "Pecinan" Kota Magelang.

Seorang pegiat seni budaya Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang Riyadi dalam perbincangan dengan beberapa petinggi komunitas seniman petani kawasan Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh Kabupaten Magelang itu, mengemukakan tentang ekspresi kegembiraan masyarakat di berbagai desa dalam menyambut perayaan HUT Ke-72 Kemerdekaan RI.

"Seakan-akan tidak ingin melepaskan begitu saja momentum peringatan kemerdekaan untuk mengungkapkan kegembiraan. Tatarannya bukan lagi sekadar mengenang hari kemerdekaan, tetapi sudah melangkah menjadi ungkapan hidup merdeka mereka," ujarnya.

Kemeriahan masyarakat dalam mewujudkan kegembiraan bersama mereka dalam menyambut HUT Ke-72 RI itu, disebut Riyadi bahwa sesungguhnya menggetarkan jiwa setiap warga negara.

Mereka, ucapnya, menikmati alam kemerdekaan, meskipun tidak mungkir terhadap berbagai tantangan sehari-hari yang terus menerus dihadapi dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

"Apalagi kalau menyadari adanya ancaman desintegrasi bangsa, dengan sempat mencuatnya gerakan radikalisme dan intoleransi. Tentu kemeriahan perayaan `Tujuhbelasan` oleh semua warga ini menjadi jawaban bahwa negeri kita ini NKRI, menghargai perbedaan, toleransi, dan menghidupi pluralisme dan multikultur," ucap pemimpin Padepokan Warga Budaya Gejayan Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, di kawasan Gunung Merbabu itu.

Tentu saja, segala aktivitas bersama warga di berbagai tempat, tidak lepas dari peringatan atas peristiwa 17 Agustus 1945, ketika proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan Soekarno-Hatta dari gedung di Jalan Pegangsaan Timur Jakarta.

Di balik peristiwa proklamasi itu, adalah jerih payah, ketulusan, dan perjuangan bertahun-tahun bangsa Indonesia melawan penjajahan dengan pengorbanan jiwa dan raga, dengan daya kreatif, kecerdasan, serta kearifan bangsa.

Semangat perjuangan pendiri bangsa dipastikan direguk masyarakat Indonesia dengan cara masing-masing hingga saat ini. Mereka merevitalisasi semangat kemerdekaan Indonesia sesuai dengan perkembangan zaman, yang tentu saja bukan lagi dengan pekikan "Merdeka!" di mana-mana sebagaimana era 1945-an.

Kalau masyarakat menyuguhkan tariannya, mengekspresikan kebebasannya melalui karya seni, atau memeriahkan peringatan kemerdekaan RI melalui aneka lomba dan kerja bakti, mestinya hal itu membuat malu pejabat negara yang asyik memperkaya diri dengan mengorupsi uang rakyat, politikus yang lalai mengutamakan kepentingan umum, atau mereka yang rakus memenuhi hasratnya dengan merusak lingkungan alam.

"Semangat kemerdekaan memang direguk untuk menghidupi kepentingan bersama, bukan nafsu individual," ujar Riyadi.


Pewarta : M Hari Atmoko
Editor :
Copyright © ANTARA 2025