Boyolali, ANTARA JATENG - Produk abon berbahan baku ikan lele asal Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, mulai dikenal oleh pasar nasional seiring dengan dukungan dari pemerintah pusat.
"Awalnya kami hanya melakukan produksi abon lele secara tradisional dan dijual ke penduduk sekitar, tetapi sekarang pasarnya sudah ke beberapa kota besar," kata Ketua Kelompok Wanita Tani Ngudi Mulyo, Eka Supriyatin, di Boyolali, Selasa.
KWT Ngudi Mulyo salah satu produsen abon lele yang hingga saat ini pemasarannya sampai pasar Solo Raya, Jakarta, dan Bali.
Ia mengatakan produk makanan yang dibuat dengan bahan baku lele bukan hanya abon tetapi juga kerupuk, stik, dan bakso lele.
Ia mengatakan total jenis produk dengan menggunakan bahan baku lele tersebut mencapai 30 produk.
"Kalau dulu dalam satu minggu kami hanya produksi makanan olahan dengan bahan baku antara 200-300 kg ikan lele, saat ini kami bisa produksi dengan bahan baku 100-150 kg ikan lele/hari," katanya.
Mengenai kenaikan volume produksi KWT Ngudi Mulyo yang berada di Desa Tanjungsari, Kecamatan Banyudono tersebut, katanya, karena adanya bantuan alat dari pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.
"Pada saat itu tepatnya tahun 2009 kebetulan Pemerintah Desa Tanjungsari punya program dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu pengembangan kawasan agrominapolitan, jadi ada semacam pendampingan juga dari kementerian," katanya.
Meskipun sudah melakukan perluasan pasar hingga ke luar kota, Eka mengatakan akan terus menjajaki pasar lain.
"Nantinya kami akan merekrut tenaga kerja yang memiliki pengalaman di bidang IT, karena ke depan kami ingin coba memasarkan melalui jaringan internet," katanya.
"Awalnya kami hanya melakukan produksi abon lele secara tradisional dan dijual ke penduduk sekitar, tetapi sekarang pasarnya sudah ke beberapa kota besar," kata Ketua Kelompok Wanita Tani Ngudi Mulyo, Eka Supriyatin, di Boyolali, Selasa.
KWT Ngudi Mulyo salah satu produsen abon lele yang hingga saat ini pemasarannya sampai pasar Solo Raya, Jakarta, dan Bali.
Ia mengatakan produk makanan yang dibuat dengan bahan baku lele bukan hanya abon tetapi juga kerupuk, stik, dan bakso lele.
Ia mengatakan total jenis produk dengan menggunakan bahan baku lele tersebut mencapai 30 produk.
"Kalau dulu dalam satu minggu kami hanya produksi makanan olahan dengan bahan baku antara 200-300 kg ikan lele, saat ini kami bisa produksi dengan bahan baku 100-150 kg ikan lele/hari," katanya.
Mengenai kenaikan volume produksi KWT Ngudi Mulyo yang berada di Desa Tanjungsari, Kecamatan Banyudono tersebut, katanya, karena adanya bantuan alat dari pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.
"Pada saat itu tepatnya tahun 2009 kebetulan Pemerintah Desa Tanjungsari punya program dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu pengembangan kawasan agrominapolitan, jadi ada semacam pendampingan juga dari kementerian," katanya.
Meskipun sudah melakukan perluasan pasar hingga ke luar kota, Eka mengatakan akan terus menjajaki pasar lain.
"Nantinya kami akan merekrut tenaga kerja yang memiliki pengalaman di bidang IT, karena ke depan kami ingin coba memasarkan melalui jaringan internet," katanya.