Semarang, ANTARA JATENG - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah menyatakan industri baja di Jateng sulit bertumbuh kembang karena biaya operasionalnya tinggi.

"Saat ini hanya ada dua perusahaan anggota kami di sektor baja yang masih bertahan," kata Ketua Apindo Jawa Tengah Frans Kongi di Semarang, Jumat.

Menurut Frans, kondisi tersebut tidak hanya terjadi di Jateng, tetapi juga di tingkat nasional. Bahkan, menurut data dari Apindo, produksi baja di Indonesia hanya satu persen dibandingkan produksi baja dari Tiongkok.

"Sebagai perbandingan, di Tiongkok dalam satu tahun bisa memproduksi baja hingga 900 juta ton, sedangkan di Indonesia hanya 9 juta ton per tahun," katanya.

Dari total tersebut, kontribusi dari Jawa Tengah hanya di kisaran 30.000 ton per tahun, katanya.

Akibatnya, dalam satu bulan Jawa Tengah harus mendatangkan antara 10.000-20.000 ton baja dari Jakarta.

"Apalagi saat ini pemerintah sedang fokus mempercepat pembangunan infrastruktur secara nasional, salah satunya di Jawa Tengah. Dengan demikian, kebutuhan baja akan makin tinggi," katanya.

Terkait dengan upaya Apindo untuk menarik investor baja agar berekspansi ke Jawa Tengah, dikatakannya, tidak mudah dilakukan.

"Yang pasti untuk bahan baku dan penolong semua masih impor. Jadi sulit kalau harus operasional di Indonesia," katanya.***3***



(U.KR-AWA/B/A013/A013) 28-07-2017 16:37:49

Pewarta : Aris Wasita Widiastuti
Editor :
Copyright © ANTARA 2024