Semarang, ANTARA JATENG - Persatuan Pedagang dan Jasa (PPJ) Kota Semarang, Jawa Tengah, berharap sosialisasi proyek normalisasi Sungai Banjir Kanal Timur (BKT) bisa secara utuh, terutama "grand design".

"Bagaimana desainnya? Gambarnya? Bentuknya seperti apa? `Grand design`-nya normalisasi Sungai BKT seperti apa? Harus dimunculkan," kata Ketua PPJ Kota Semarang Ngadino di Semarang, Kamis.

Ia mengatakan hal itu ketika menanggapi segera mulainya proyek normalisasi Sungai BKT yang berdampak pada keberadaan pedagang kaki lima (PKL) yang berada di bantaran sungai itu.

Dari "grand design", kata dia, harus disampaikan secara utuh kepada PKL dan warga yang terdampak, termasuk bagaimana kepentingan proyek pembangunan itu untuk kepentingan masyarakat luas.

"`Kan dari `grand design` itu bisa terlihat PKL-PKL yang terdampak apakah semuanya, atau apakah masih ada yang tersisa? Apakah nanti menyangkut infrastruktur jalan?" katanya.

Apabila dari "grand design" normalisasi Sungai BKT ternyata seluruh PKL harus direlokasi, lanjut dia, PKL yang terdampak pun harus legawa dipindahkan ke Pasar Klithikan Penggaron, Semarang.

"Ya, bagi PKL itu bukan hanya direlokasi, melainkan tempat dagangannya digeser saja akan berpengaruh kepada pelanggan. Apalagi, dipindahkan ke tempat yang jauh dari asalnya, bisa saja sepi," katanya.

Meski demikian, kata dia, para PKL akan legawa jika sudah mengetahui secara utuh rencana pelaksanaan proyek tersebut, termasuk jika terpaksa harus direlokasi ke tempat lain.

"Bagaimanapun juga, proyek normalisasi Sungai BKT itu `kan untuk mengantisipasi banjir dan rob, terutama di wilayah timur Semarang sekaligus untuk memajukan Kota Semarang," kata Ngadino.

Proyek normalisasi Sungai BKT Semarang terbagi atas dua tahap. Tahap pertama, dengan total sepanjang 6,7 kilometer, akan dimulai tahun ini dari Jembatan Majapahit menuju muara.

Dari sosialisasi yang merupakan kelanjutan dari sosialisasi-sosialisasi sebelumnya, disebutkan pengerjaan proyek normalisasi Sungai BKT rencananya dimulai pertengahan Agustus 2017.


Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor :
Copyright © ANTARA 2024