Kairo, ANTARA JATENG - Pasukan keamanan Mesir membunuh 30 terduga milisi
dalam serangan darat dan udara di Sinai Utara yang dilakukan selama
empat hari terakhir, kata militer dalam sebuah pernyataan pada Jumat.
Mesir menghadapi pemberontakan yang dipimpin oleh kelompok bersenjata ISIS di Semenanjung Sinai, di mana ratusan tentara dan polisi tewas sejak 2013.
Pernyataan militer tersebut mengatakan bahwa 30 milisi "sangat berbahaya" terbunuh dan lima lainnya ditangkap dalam penggerebekan tersebut, meskipun tidak menyebutkan nama kelompok militan tertentu atau mengumumkan nama-nama mereka yang terbunuh.
Bulan ini Mesir dilanda salah satu serangan terburuk terhadap pasukan keamanannya dalam beberapa tahun terakhir ketika 23 tentara tewas setelah dua bom mobil bunuh diri diledakkan di Sinai Utara.
Sebelumnya, Pasukan keamanan Mesir membunuh seorang tokoh militan terkemuka ISIS atas dugaan keterlibatannya dalam serangan baru-baru ini di Sinai utara, demikian menurut sebuah pernyataan Kementerian Dalam Negeri Mesir.
Pernyataan tersebut mengatakan bahwa pasukan keamanan melakukan serangan terhadap sebuah gedung yang sedang dibangun di Arish, sebuah kota di Sinai utara, tempat kelompok militan mendirikan basis operasi.
Baku tembak terjadi, menewaskan salah satu pemimpin kelompok tersebut, Ahmed Hassan Ahmed Al-Nashu, yang juga dikenal sebagai Ghandur al-Masri, kata pernyataan tersebut.
Masri disebut-sebut bertanggung jawab dan terlibat dalam beberapa operasi penyerangan, serta dalam merekrut anggota baru untuk Ansar Bayt al-Maqdis, sebuah kelompok pemberontak yang bermarkas di Sinai.
Kelompok tersebut telah mengikrarkan janji setianya kepada ISIS sejak 2014 lalu.
Kelompok ISIS juga semakin gencar melakukan serangan di wilayah Mesir daratan terhadap pasukan keamanan dan kaum Kristen Koptik dalam beberapa bulan belakangan, menewaskan sekitar 100 pengikut Koptik sejak Desember.
Jet militer telah melakukan serangan udara di daerah-daerah timur Arish dan selatan kota perbatasan Sheikh Zuweid.
Kementerian Dalam Negeri Mesir mengatakan bahwa polisi telah membunuh dua anggota gerakan Hasm, yang telah mengaku bertanggung jawab atas beberapa serangan yang terjadi di Kairo tahun lalu.
Sementara itu lima polisi Mesir tewas dan enam lagi terluka, akibat dua ledakan jalanan di Semenanjung Sinai, kata sumber keamanan kepada Reuters.
Kelima polisi tersebut tewas di kota Arish, ibukota propinsi Sinai utara, ketika kendaraan lapis baja mereka menghantam sebuah bom jalanan, kata sumber tersebut. Tiga polisi lagi mengalami luka.
Kendaraan lapis baja lainnya bergegas menuju ke tempat kejadian, namun bom jalanan kedua meledak, melukai tiga polisi.
Petempur menanam bahan peledak dan meledakkannya dari jarak jauh ketika kendaraan melaju, kata sumber tersebut.
Seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri Mesir memastikan peristiwa tersebut kepada kantor berita negara.
Tidak ada pengakuan tanggung jawab secara langsung atas peristiwa tersebut.
Mesir menghadapi pemberontakan yang dipimpin oleh kelompok bersenjata ISIS di Semenanjung Sinai, di mana ratusan tentara dan polisi tewas sejak 2013.
Pernyataan militer tersebut mengatakan bahwa 30 milisi "sangat berbahaya" terbunuh dan lima lainnya ditangkap dalam penggerebekan tersebut, meskipun tidak menyebutkan nama kelompok militan tertentu atau mengumumkan nama-nama mereka yang terbunuh.
Bulan ini Mesir dilanda salah satu serangan terburuk terhadap pasukan keamanannya dalam beberapa tahun terakhir ketika 23 tentara tewas setelah dua bom mobil bunuh diri diledakkan di Sinai Utara.
Sebelumnya, Pasukan keamanan Mesir membunuh seorang tokoh militan terkemuka ISIS atas dugaan keterlibatannya dalam serangan baru-baru ini di Sinai utara, demikian menurut sebuah pernyataan Kementerian Dalam Negeri Mesir.
Pernyataan tersebut mengatakan bahwa pasukan keamanan melakukan serangan terhadap sebuah gedung yang sedang dibangun di Arish, sebuah kota di Sinai utara, tempat kelompok militan mendirikan basis operasi.
Baku tembak terjadi, menewaskan salah satu pemimpin kelompok tersebut, Ahmed Hassan Ahmed Al-Nashu, yang juga dikenal sebagai Ghandur al-Masri, kata pernyataan tersebut.
Masri disebut-sebut bertanggung jawab dan terlibat dalam beberapa operasi penyerangan, serta dalam merekrut anggota baru untuk Ansar Bayt al-Maqdis, sebuah kelompok pemberontak yang bermarkas di Sinai.
Kelompok tersebut telah mengikrarkan janji setianya kepada ISIS sejak 2014 lalu.
Kelompok ISIS juga semakin gencar melakukan serangan di wilayah Mesir daratan terhadap pasukan keamanan dan kaum Kristen Koptik dalam beberapa bulan belakangan, menewaskan sekitar 100 pengikut Koptik sejak Desember.
Jet militer telah melakukan serangan udara di daerah-daerah timur Arish dan selatan kota perbatasan Sheikh Zuweid.
Kementerian Dalam Negeri Mesir mengatakan bahwa polisi telah membunuh dua anggota gerakan Hasm, yang telah mengaku bertanggung jawab atas beberapa serangan yang terjadi di Kairo tahun lalu.
Sementara itu lima polisi Mesir tewas dan enam lagi terluka, akibat dua ledakan jalanan di Semenanjung Sinai, kata sumber keamanan kepada Reuters.
Kelima polisi tersebut tewas di kota Arish, ibukota propinsi Sinai utara, ketika kendaraan lapis baja mereka menghantam sebuah bom jalanan, kata sumber tersebut. Tiga polisi lagi mengalami luka.
Kendaraan lapis baja lainnya bergegas menuju ke tempat kejadian, namun bom jalanan kedua meledak, melukai tiga polisi.
Petempur menanam bahan peledak dan meledakkannya dari jarak jauh ketika kendaraan melaju, kata sumber tersebut.
Seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri Mesir memastikan peristiwa tersebut kepada kantor berita negara.
Tidak ada pengakuan tanggung jawab secara langsung atas peristiwa tersebut.