Semarang, ANTARA JATENG - Dinas Pendidikan Kota Semarang mengantisipasi tindak perpeloncoan yang terjadi saat orientasi yang berlangsung di luar lingkungan sekolah.
"Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) sudah berlangsung tiga hari. Hari ini selesai," kata Kepala Disdik Kota Semarang Bunyamin di Semarang, Rabu.
Menurut dia, sebenarnya tidak ada perbedaan antara MPLS (dulunya bernama MOS - masa orientasi sekolah) dari tahun lalu dibandingkan tahun ini.
Sejauh ini, kata dia, pelaksanaan MPLS berlangsung dengan lancar dan tidak ada laporan mengenai tindak perpeloncoan, apalagi kekerasan.
"Bisa dilihat sendiri sekolah melaksanakan (MPLS, red.) dengan variasinya sendiri. Disdik hanya memberi petunjuk, mereka (sekolah, red.) yang berkreasi," katanya.
Ia menjelaskan pelaksanaan MPLS berjalan baik karena semuanya dikendalikan dan dikoordinasi oleh sekolah, yakni kepala sekolah dan guru dalam kepanitiaanya.
Tidak ada campur tangan siswa dalam kepanitiaan MPLS, kata dia, tetapi hanya bersifat membantu, misalnya saat pengenalan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).
"Kami selalu tekankan untuk membuat anak-anak didik merasa nyaman. Ya, MPLS itu kan pengenalan. Kami yakin tidak ada perpeloncoan, dan sebagainya," katanya.
Apalagi, sekarang ini Disdik Semarang hanya mengelola hingga jenjan pendidikan SMP, sementara SMA sudah diambil alih pengelolaannya oleh pemerintah provinsi.
Meski MPLS sudah berakhir, Bunyamin mengakui dimungkinkan masih ada kegiatan di luar sekolah yang diikuti siswa baru, misalnya orientasi kepramukaan berupa kemah.
"Ya, salah satunya orientasi kepramukaan. Memang ada dan sifatnya resmi. Namun, kami yakin tidak akan ada yang dinamakan perpeloncoan," tegasnya.
Sebab, kata dia, segala bentuk kegiatan di luar sekolah harus dilaporkan penyelenggaraannya kepada Disdik, apalagi bentuknya kemah.
"Itu pun pembinanya, gurunya pasti ikut. Jadi, tidak mungkin kami lepas begitu saja. Mereka ikut mendampingi dan mengawasi di lapangan," katanya.
"Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) sudah berlangsung tiga hari. Hari ini selesai," kata Kepala Disdik Kota Semarang Bunyamin di Semarang, Rabu.
Menurut dia, sebenarnya tidak ada perbedaan antara MPLS (dulunya bernama MOS - masa orientasi sekolah) dari tahun lalu dibandingkan tahun ini.
Sejauh ini, kata dia, pelaksanaan MPLS berlangsung dengan lancar dan tidak ada laporan mengenai tindak perpeloncoan, apalagi kekerasan.
"Bisa dilihat sendiri sekolah melaksanakan (MPLS, red.) dengan variasinya sendiri. Disdik hanya memberi petunjuk, mereka (sekolah, red.) yang berkreasi," katanya.
Ia menjelaskan pelaksanaan MPLS berjalan baik karena semuanya dikendalikan dan dikoordinasi oleh sekolah, yakni kepala sekolah dan guru dalam kepanitiaanya.
Tidak ada campur tangan siswa dalam kepanitiaan MPLS, kata dia, tetapi hanya bersifat membantu, misalnya saat pengenalan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).
"Kami selalu tekankan untuk membuat anak-anak didik merasa nyaman. Ya, MPLS itu kan pengenalan. Kami yakin tidak ada perpeloncoan, dan sebagainya," katanya.
Apalagi, sekarang ini Disdik Semarang hanya mengelola hingga jenjan pendidikan SMP, sementara SMA sudah diambil alih pengelolaannya oleh pemerintah provinsi.
Meski MPLS sudah berakhir, Bunyamin mengakui dimungkinkan masih ada kegiatan di luar sekolah yang diikuti siswa baru, misalnya orientasi kepramukaan berupa kemah.
"Ya, salah satunya orientasi kepramukaan. Memang ada dan sifatnya resmi. Namun, kami yakin tidak akan ada yang dinamakan perpeloncoan," tegasnya.
Sebab, kata dia, segala bentuk kegiatan di luar sekolah harus dilaporkan penyelenggaraannya kepada Disdik, apalagi bentuknya kemah.
"Itu pun pembinanya, gurunya pasti ikut. Jadi, tidak mungkin kami lepas begitu saja. Mereka ikut mendampingi dan mengawasi di lapangan," katanya.