Banyumas, ANTARA JATENG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta kasus pencurian plasma nutfah khususnya kantong semar (Nepenthes adrianii) yang merupakan tanaman khas lereng Gunung Slamet, Baturraden, Kabupaten Banyumas, harus diantisipasi demi kelestarian lingkungan.

"Sekarang kan ada (pencurian plasma nutfah), kita sekarang hati-hati. Kerja sama antarsektor mesti berjalan, karantina mesti bekerja, kepolisian mesti bekerja, Imigrasi mesti bekerja," katanya kepada wartawan usai peringatan Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia Tingkat Jawa Tengah di Kebun Raya Baturraden, Kabupaten Banyumas, Rabu.

Menurut dia, hal tersebut perlu disampaikan karena barang berupa plasma nutfah itu keluar sementara teknologi yang makin modern itu mengerikan.

Bahkan kadang-kadang, kata dia, sobek sedikir saja bisa dikloning karena ada "deoksiribonukleat" atau DNA yang dapat disampaikan.

"Ini agak tidak mudah memang tapi segera bisa kita manfaatkan karena enzim-enzim katakanlah dari kantong semar itu bisa digunakan untuk keperluan pelunak daging dan sebagainya. Tantangan kita ya tidak hanya melindungi saja, ilmu pengetahuan juga harus bergerak," katanya.

Ganjar mencontohkan di Banyumas ada Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto sehingga perlu dilakukan kerja sama dengan perguruan tinggi negeri itu untuk mengembangkan plasma nutfah dari kantong semar.

"Kalaulah negara lain sudah mendapatkan itu (kantong semar, red.) dan dia bekerja lebih cepat, ya setidaknya kita bisa mendahului, sudah menyalip di tikungan," katanya.

Saat menyampaikan laporan kegiatan Peringatan Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia Tingkat Jawa Tengah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jateng Sugeng Riyanto mengatakan saat ini, tanaman kantong semar merupakan sesuatu yang luar biasa dan menjadi incaran ilmuwan di Prancis, Swiss, maupun Jepang karena cairannya merupakan enzim yang dapat melumatkan daging.

"Saat ini kita tergantung Karantina Kementerian Pertanian untuk melindungi apakah Nepenthes adrianii ini sampai dengan lolos ke luar negeri. Menurut informasi ternyata semua spesies (Nepenthes) sudah lolos," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia Megawati Soekarnoputri meminta agar masyarakat tidak mudah menjual Nepenthes Adriani yang merupakan ciri khas Nepenthes adrianii karena ada yang telah memasang tarif berkisar Rp5 juta hingga Rp10 juta.

"Kalau sampai keluar, kita akan kehilangan plasma nutfah," katanya.

Pewarta : Sumarwoto
Editor :
Copyright © ANTARA 2024