Semarang, ANTARA JATENG - Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) Jawa Tengah menyatakan pengiriman barang menjelang Lebaran mengalami penurunan cukup signifikan.
"Sebagai gambaran, jika biasanya di Jawa Tengah ada pengiriman hingga 40.000 paket/hari, akhir-akhir ini tepatnya mendekati Lebaran jumlah paket turun menjadi 30.000 paket/hari," kata Ketua Asperinso Jawa Tengah Tony Winarno di Semarang, Selasa.
Ia mengatakan penurunan jumlah pengiriman mendekati Lebaran wajar terjadi mengingat sebagian jenis truk pengangkut barang dilarang beroperasi. Pada tahun ini, pelarangan tersebut berlaku sejak H-4 hingga H+4 Lebaran.
"Oleh karena itu, masyarakat cenderung menunda pembelian melalui `online shop` saat dekat Lebaran. Permintaan akan kembali normal usai Lebaran, untuk tahun ini tepatnya usai tanggal 30 Juni 2017," katanya.
Meski mengalami penurunan, dikatakannya, perusahaan jasa pengiriman barang tidak mengalami kerugian mengingat pada awal dan pertengahan bulan Ramadhan terjadi peningkatan volume pengiriman yang cukup signifikan.
"Rata-rata pengiriman di Jawa Tengah sebelum Ramadhan di kisaran 55.000 resi/hari, selama awal hingga pertengahan Ramadhan volume pengiriman menjadi 110.000 resi/hari," katanya.
Sementara itu, dikatakannya, selama Lebaran kali ini permintaan tertinggi terjadi pada produk ritel dari pasar "e-commerce". Ia mengatakan beberapa tahun terakhir pasar "e-commerce" mengalami peningkatan sehingga memberikan dampak pada peningkatan volume pengiriman barang.
"Ramadhan bukan satu-satunya faktor yang memberikan dampak pada peningkatan permintaan di pasar `e-commerce`. Pada dasarnya ini terjadi karena perubahan budaya belanja, e-commerce meledak," katanya.
"Sebagai gambaran, jika biasanya di Jawa Tengah ada pengiriman hingga 40.000 paket/hari, akhir-akhir ini tepatnya mendekati Lebaran jumlah paket turun menjadi 30.000 paket/hari," kata Ketua Asperinso Jawa Tengah Tony Winarno di Semarang, Selasa.
Ia mengatakan penurunan jumlah pengiriman mendekati Lebaran wajar terjadi mengingat sebagian jenis truk pengangkut barang dilarang beroperasi. Pada tahun ini, pelarangan tersebut berlaku sejak H-4 hingga H+4 Lebaran.
"Oleh karena itu, masyarakat cenderung menunda pembelian melalui `online shop` saat dekat Lebaran. Permintaan akan kembali normal usai Lebaran, untuk tahun ini tepatnya usai tanggal 30 Juni 2017," katanya.
Meski mengalami penurunan, dikatakannya, perusahaan jasa pengiriman barang tidak mengalami kerugian mengingat pada awal dan pertengahan bulan Ramadhan terjadi peningkatan volume pengiriman yang cukup signifikan.
"Rata-rata pengiriman di Jawa Tengah sebelum Ramadhan di kisaran 55.000 resi/hari, selama awal hingga pertengahan Ramadhan volume pengiriman menjadi 110.000 resi/hari," katanya.
Sementara itu, dikatakannya, selama Lebaran kali ini permintaan tertinggi terjadi pada produk ritel dari pasar "e-commerce". Ia mengatakan beberapa tahun terakhir pasar "e-commerce" mengalami peningkatan sehingga memberikan dampak pada peningkatan volume pengiriman barang.
"Ramadhan bukan satu-satunya faktor yang memberikan dampak pada peningkatan permintaan di pasar `e-commerce`. Pada dasarnya ini terjadi karena perubahan budaya belanja, e-commerce meledak," katanya.