Semarang, ANTARA JATENG - Bank Indonesia akan berupaya memperkuat kelembagaan petani melalui pembentukan klaster dari sisi hilir agar posisi petani semakin kuat dalam rantai perdagangan pangan.

"Salah satu yang dilakukan adalah menggabungkan petani kecil, yaitu yang rata-rata luas lahannya di bawah 1 hektare," kata Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter Dodi Budi Waluyo di Semarang, Kamis.

Dia mengatakan penggabungan petani penting karena akan memperkuat posisi petani dari sisi produktivitas dan memotong mata rantai perdagangan.

Selain itu, katanya, juga memudahkan petani dalam menghadapi perbankan.

"Nantinya jika posisi petani diperkuat akan berdampak baik pada inflasi kita. Selama ini kan inflasi lebih banyak dipengaruhi oleh `volatile foods`," katanya.

Mengenai inflasi, Dodi mengatakan pada 2017 pemerintah menargetkan angka inflasi di kisaran 3-5 persen. Untuk merealisasikan target tersebut, seharusnya inflasi khusus "volatile foods" juga di kisaran 3-5 persen.

"Salah satu yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa antara pasokan dan permintaan harus seimbang, dalam hal ini mata rantai harus dipangkas," katanya.

Selain itu, pihaknya juga memberikan perhatian pada sektor pangan olahan.

Menurut dia, salah satu yang memicu inflasi adalah masyarakat masih berpegang pada makanan yang sifatnya mentah dan hijau.

"Oleh karena itu, kami berupaya agar pangan olahan ini bisa menjadi pilihan lain bagi masyarakat, sehingga kenaikan `volatile foos` di saat terjadi kelangkaan pada komoditas tertentu tidak terjadi, salah satunya cabai merah," katanya.

Dengan adanya perhatian BI pada sektor pangan olahan, diharapkan pangan olahan dapat memberikan kontribusi yang cukup signifikan untuk menekan inflasi. 

Pewarta : Aris Wasita
Editor :
Copyright © ANTARA 2024