Semarang, ANTARA JATENG - Antropolog Universitas Diponegoro Semarang Mudjahirin Thohir mengingatkan agama berperan sebagai pemersatu bangsa Indonesia, bukan pemecah belah.

"Indonesia menjadi kuat karena bhinneka. Di sinilah peran agama menjadi sangat penting. Bukan sebagai pemecah belah, tetapi sebagai pemersatu," katanya di Semarang, Rabu.

Hal itu diungkapkannya usai Forum Silaturahim Kebangsaan (Rahim Bangsa) yang dihadiri pimpinan dan akademisi perguruan tinggi Jawa Tengah, bertempat di Wisma Perdamaian Semarang.

Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Undip yang dikenal sebagai budayawan itu mengakui kehadiran kelompok akademisi sangat penting sekarang ini untuk mengobati penyakit bangsa.

"Ini adalah momentum penting sebagai kelompok akademisi, apalagi yang bertitel guru besar untuk merespons sebagai dokter yang bertugas mengobati penyakit bangsa ini," katanya.

Penyakit-penyakit bangsa yang dimaksudkannya, antara lain radikalisme, sikap dan cara berpikir parsial, dan sikap melupakan sejarah dan arti penting kebhinnekaan Indonesia.

Menurut dia, cara pandang bahwa agama semata menjadi identitas sosial sebagaimana zaman dulu merupakan pola pikir yang harus diubah, yakni agama sebagai pemacu perabadan dan pengetahuan.

"Dengan pola pikir seperti itu, semuanya akan menjadi sadar mengenai perbedaan agama. Bahwa setiap agama pasti benar bagi pemeluknya. Bukan sekadar identitas sosial," katanya.

Saatnya sekarang ini, kata dia, setiap masyarakat melakukan apa yang bisa dilakukannya dengan agamanya masing-masing untuk membangun bangsa Indonesia, bukan malah memecah belah.

Setidaknya ada perwakilan 23 perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta di Jateng yang menandatangani petisi itu, belum termasuk 260 akademisi yang diundang dalam forum tersebut.

Beberapa di antaranya langsung diteken rektor, seperti UIN Walisongo, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Universitas Semarang, dan Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Ada pula dari berbagai daerah di luar Semarang, seperti Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, Universitas Muria Kudus (UMK), dan Universitas Sains Al Qur`an (Unsiq) Wonosobo.


Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor :
Copyright © ANTARA 2024