Bandung, ANTARA JATENG - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan groundbreaking atau
peletakan batu pertama pembangunan transportasi massal Metro Capsule
rencananya akan dilakukan pada Mei 2017, dan ditargetkan selesai pada
tahun 2018.
"Insya Allah mudah-mudahan kalau tidak ada halangan kita groundbreaking namanya LRT Metro Kapsul. Pangaminkeun lah (tolong diamini) karena sampai ke titik ini susahnya luar biasa," kata Ridwan di Bandung, Sabtu.
Pria yang akrab disapa Emil ini menuturkan, Metro Capsule ini akan dibangun sepanjang enam kilometer yang dilaksanakan secara dua tahap.
Tahap pertama akan dibangun lintasan sepanjang tiga kilometer dari Stasiun Bandung hingga jalan Dalem Kaum. Tahap kedua sepanjang tiga kilometer hingga Tegalega hingga kembali ke Stasiun Bandung.
"Nilai proyeknya kalau tiga kilometer Rp500 miliar. Kalau enam kilometer itu satu triliun rupiah. Kalau Rp500 miliar itu hanya sampai Alun-alun. Kalau Rp1 triliun itu sampai Tegalega muter hingga kembali ke Stasiun Hall pulang pergi. Biayanya dari PT PP (Pembangunan Perumahan) Persero," kata dia.
Emil mengaku, rencana pembangunan moda transportasi modern tersebut seringkali mengalami hambatan, sehingga ia harus menghadap langsung Presiden Joko Widodo meminta dukungan melalui Perpres.
"Nah ini DED (Detail Engineering Design) nya sudah dan yang lainnya sudah, mudah-mudahan lancar," katanya.
Teknologi yang dikembangkan Pusat Pengembangan Teknologi Transportasi Berkelanjutan (PPTTB) ITB ini, memiliki kapasitas penumpang hingga 50 orang dan telah dicoba di Subang, Jawa Barat dengan membangun track sepanjang 300 meter untuk proses pengujian kelayakan.
"Di sana diuji semua uji durabilitas, uji sistem, uji fungsi dan macam-macam dites di sana. Dan hasilnya cukup bagus," ujar kepala PPTTB ITB Sigit Puji Santosa.
Sigit menuturkan, saat ini PPTTB ITB pun tengah mengembangkan LRT dengan kapasitas 120 penumpang. Diharapkan dengan beragam pengambangan yang dilakukan ITB dapat menjadi solusi mengatasi kemacetan kota, seiring dengan antisipasi menghadapi revolusi industri otomotif dunia tahun 2025.
"Kami juga mengambangkan bus listrik, kendaraan antar barang listrik. Jadi nanti kendaraan dengan menggunakan bahan bakar kan berkurang bahkan habis diganti oleh kendaraan hybrid dan listrik," ujar dia.
"Insya Allah mudah-mudahan kalau tidak ada halangan kita groundbreaking namanya LRT Metro Kapsul. Pangaminkeun lah (tolong diamini) karena sampai ke titik ini susahnya luar biasa," kata Ridwan di Bandung, Sabtu.
Pria yang akrab disapa Emil ini menuturkan, Metro Capsule ini akan dibangun sepanjang enam kilometer yang dilaksanakan secara dua tahap.
Tahap pertama akan dibangun lintasan sepanjang tiga kilometer dari Stasiun Bandung hingga jalan Dalem Kaum. Tahap kedua sepanjang tiga kilometer hingga Tegalega hingga kembali ke Stasiun Bandung.
"Nilai proyeknya kalau tiga kilometer Rp500 miliar. Kalau enam kilometer itu satu triliun rupiah. Kalau Rp500 miliar itu hanya sampai Alun-alun. Kalau Rp1 triliun itu sampai Tegalega muter hingga kembali ke Stasiun Hall pulang pergi. Biayanya dari PT PP (Pembangunan Perumahan) Persero," kata dia.
Emil mengaku, rencana pembangunan moda transportasi modern tersebut seringkali mengalami hambatan, sehingga ia harus menghadap langsung Presiden Joko Widodo meminta dukungan melalui Perpres.
"Nah ini DED (Detail Engineering Design) nya sudah dan yang lainnya sudah, mudah-mudahan lancar," katanya.
Teknologi yang dikembangkan Pusat Pengembangan Teknologi Transportasi Berkelanjutan (PPTTB) ITB ini, memiliki kapasitas penumpang hingga 50 orang dan telah dicoba di Subang, Jawa Barat dengan membangun track sepanjang 300 meter untuk proses pengujian kelayakan.
"Di sana diuji semua uji durabilitas, uji sistem, uji fungsi dan macam-macam dites di sana. Dan hasilnya cukup bagus," ujar kepala PPTTB ITB Sigit Puji Santosa.
Sigit menuturkan, saat ini PPTTB ITB pun tengah mengembangkan LRT dengan kapasitas 120 penumpang. Diharapkan dengan beragam pengambangan yang dilakukan ITB dapat menjadi solusi mengatasi kemacetan kota, seiring dengan antisipasi menghadapi revolusi industri otomotif dunia tahun 2025.
"Kami juga mengambangkan bus listrik, kendaraan antar barang listrik. Jadi nanti kendaraan dengan menggunakan bahan bakar kan berkurang bahkan habis diganti oleh kendaraan hybrid dan listrik," ujar dia.