Banyumas, ANTARA JATENG - Kelompok Tani Pelajar dan Mahasiswa (KTPM) Brilian yang dikenal dengan Kampung Sidat Brilian, Desa Singasari, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mengelola usaha karantina benih sidat.

"Awalnya, kami menyediakan sidat untuk konsumsi namun akhirnya menjadi tempat karantina benih," kata pengasuh KTPM Brilian Muhammad Adib di Desa Singasari, Kecamatan Karanglewas, Banyumas, Minggu.

Ia mengatakan perubahan kegiatan usaha itu berlangsung sejak Desember 2015 atau pascapertemuan petani pembudidaya dan penangkap sidat.

Dia mengatakan pertemuan tersebut menghasilkan keputusan untuk membentuk Asosiasi Petani Penangkap dan Pembudidaya Sidat Provinsi Jawa Tengah.

"Kebetulan sekretariatnya di sini (Kampung Sidat Brilian, red.)," kata dia yang juga Ketua Umum Asosiasi Petani Penangkap dan Pembudidaya Sidat Provinsi Jawa Tengah.

Ia mengatakan beberapa pembudidaya sidat terutama yang berada di luar Banyumas kesulitan untuk mendapatkan benih.

Selama ini, kata dia, pembudidaya banyak yang memperoleh benih sidat secara langsung dari penangkap karena hingga sekarang, pembenihan sidat masih sulit untuk dilakukan.

Akan tetapi, katanya, setelah benih hasil tangkapan tersebut dibudidaya, angka kematiannya bisa mencapai 80 persen hingga 100 persen.

"Angka kematian dari benih hasil tangkapan yang langsung dibudidayakan minimal 20 persen. Oleh karena itu, kami berinisiatif untuk menyiapkan benih melalui proses karantina," katanya.

Dia menjelaskan benih yang dibeli dari penangkap untuk sementara dikarantina selama dua bulan hingga sidat-sidat itu mau makan pakan buatan.

Setelah benih sidat itu mau makan pakan buatan, pihaknya baru menjualnya ke pembudidaya.

Kendati demikian, dia mengakui kapasitas produksi benih hasil karantina di Kampung Sidat Brilian rata-rata baru berkisar 1-1,5 kuintal per bulan.

Adib mengatakan harga jual benih sidat bervariasi yang bergantung pada jumlah benih setiap kilogramnya. Benih seberat 1 kilogram yang berisi 80-100 ekor dijual dengan harga Rp550 ribu.

"Benih yang isinya 80-100 ekor biasanya baru dapat dipanen satu tahun kemudian. Namun kadang pada bulan kelima biasanya ada sidat yang masuk ukuran konsumsi," katanya.

Untuk benih sidat 1 kilogram isi 30-40 ekor yang dijual dengan harga Rp350 ribu, kata dia, bisa dipanen setelah delapan bulan dibudidayakan, sedangkan untuk benih sidat 1 kilogram isi 10-15 ekor yang dijual dengan harga Rp160 ribu dapat dipanen setelah empat bulan dibudidayakan.

Pihaknya menyarankan pembudidaya untuk membeli benih yang isinya 30-40 ekor per kilogram maupun 10-15 ekor per kilogram untuk mengurangi risiko kematian.

"Itu karena benih yang isinya 80-100 ekor per kilogram, angka kematiannya masih tinggi meskipun telah dikarantina," katanya.


Pewarta : Sumarwoto
Editor :
Copyright © ANTARA 2024