Banyumas, ANTARA JATENG - Sebanyak 40 anggota Persatuan Guru Republik Indonesia Banyumas, Jawa Tengah, belajar membudidayakan ikan sidat di Kampung Sidat Brilian, Desa Singasari, untuk bekal pensiun.
"Kalau dilihat dari bentuk organisasinya memang organisasi profesi yang di dalamnya para profesional, yaitu guru. Namun, kami perlu memikirkan masa depan anggota terutama setelah mereka pensiun," kata Ketua PGRI Kabupaten Banyumas Takdir Widagdo di Desa Singasari, Kecamatan Karanglewas, Banyumas, Sabtu.
Dia mengatakan hal itu kepada Antara di sela-sela kegiatan Pelatihan Usaha Pembesaran Ikan Sidat Kerja Sama Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Banyumas dan Kampung Sidat Brilian.
Ia mengharapkan anggota PGRI yang mengikuti pelatihan tersebut memiliki usaha ketika memasuki masa pensiun sehingga tidak mengandalkan gaji pensiunan.
"Kami juga mempunyai tujuan untuk mengurangi `post-power syndrome` dari teman-teman sehingga ketika memasuki pensiun, mereka punya aktivitas lain yang diharapkan bisa menghasilkan, yakni dengan membudidayakan sidat," katanya.
Sebelum pelaksanaan pelatihan, kata dia, pihaknya terlebih dulu mengedarkan kuisioner dan mayoritas memilih belajar budi daya ikan sidat.
Ia menduga pelatihan budi daya sidat dipilih mayoritas anggota khususnya pengurus PGRI karena selain memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan berpeluang ekspor, ikan itu juga kaya protein.
"Anggota kami ada 10.000 orang dan untuk periode pertama ini pelatihan budi daya sidat. Ke depan, kami merencanakan pelatihan budi daya lele sangkuriang," katanya.
Pelatihan usaha pembesaran ikan sidat itu dibuka Bupati Banyumas Achmad Husein dan menghadirkan sejumlah narasumber, salah satunya Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Isdy Sulistyo.
Saat ditemui usai menyampaikan materi pelatihan, Isdy Sulistyo mengatakan potensi budi daya ikan sidat di Kabupaten Banyumas cukup bagus.
"Perlu dikembangkan agar benar-benar menjadi lumbung sidat di Jawa Tengah," katanya.
Terkait masalah pakan yang sering menjadi kendala pembudi daya ikan khususnya sidat, dia mengatakan pihaknya hingga sekarang sedang mencari formula pakan yang tepat dan berkualitas untuk sidat agar harganya tidak terlalu mahal.
Menurut dia, pihaknya sudah dua tahun melalukan penelitian untuk membuat pakan sidat yang murah dan berkualitas.
"Prototipe pakannya sudah ada. Namun, masih harus diuji lagi," katanya.
"Kalau dilihat dari bentuk organisasinya memang organisasi profesi yang di dalamnya para profesional, yaitu guru. Namun, kami perlu memikirkan masa depan anggota terutama setelah mereka pensiun," kata Ketua PGRI Kabupaten Banyumas Takdir Widagdo di Desa Singasari, Kecamatan Karanglewas, Banyumas, Sabtu.
Dia mengatakan hal itu kepada Antara di sela-sela kegiatan Pelatihan Usaha Pembesaran Ikan Sidat Kerja Sama Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Banyumas dan Kampung Sidat Brilian.
Ia mengharapkan anggota PGRI yang mengikuti pelatihan tersebut memiliki usaha ketika memasuki masa pensiun sehingga tidak mengandalkan gaji pensiunan.
"Kami juga mempunyai tujuan untuk mengurangi `post-power syndrome` dari teman-teman sehingga ketika memasuki pensiun, mereka punya aktivitas lain yang diharapkan bisa menghasilkan, yakni dengan membudidayakan sidat," katanya.
Sebelum pelaksanaan pelatihan, kata dia, pihaknya terlebih dulu mengedarkan kuisioner dan mayoritas memilih belajar budi daya ikan sidat.
Ia menduga pelatihan budi daya sidat dipilih mayoritas anggota khususnya pengurus PGRI karena selain memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan berpeluang ekspor, ikan itu juga kaya protein.
"Anggota kami ada 10.000 orang dan untuk periode pertama ini pelatihan budi daya sidat. Ke depan, kami merencanakan pelatihan budi daya lele sangkuriang," katanya.
Pelatihan usaha pembesaran ikan sidat itu dibuka Bupati Banyumas Achmad Husein dan menghadirkan sejumlah narasumber, salah satunya Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Isdy Sulistyo.
Saat ditemui usai menyampaikan materi pelatihan, Isdy Sulistyo mengatakan potensi budi daya ikan sidat di Kabupaten Banyumas cukup bagus.
"Perlu dikembangkan agar benar-benar menjadi lumbung sidat di Jawa Tengah," katanya.
Terkait masalah pakan yang sering menjadi kendala pembudi daya ikan khususnya sidat, dia mengatakan pihaknya hingga sekarang sedang mencari formula pakan yang tepat dan berkualitas untuk sidat agar harganya tidak terlalu mahal.
Menurut dia, pihaknya sudah dua tahun melalukan penelitian untuk membuat pakan sidat yang murah dan berkualitas.
"Prototipe pakannya sudah ada. Namun, masih harus diuji lagi," katanya.