Jakarta, ANTARA JATENG - Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Adian Napitupulu, akhirnya buka suara terkait beredarnya isu yang menyudutkan dirinya terlibat dengan penggerakan massa mahasiswa yang berunjuk rasa di depan kediaman mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di bilangan Mega Kuningan, Jakarta, Senin (7/2) kemarin.
Lewat siaran pers pribadi yang disampaikan Adian kepada awak media lewat aplikasi perpesanan, Selasa, pentolan aktivis 98 tersebut bukan saja membantah tuduhan keterlibatannya menggerakkan mahasiswa untuk berunjuk rasa di depan kediaman tetapi juga menyarankan agar Presiden RI ke-6 itu agar tidak perlu takut maupun mengecam kegiatan tersebut.
"Baiknya SBY tidak perlu takut dan mengecam mahasiswa yang hanya bermodalkan spanduk dan pengeras suara dengan tuntutan yang 1.000 persen masuk di akal. Kalau mau takut, maka takut dan kecamlah pelaku pemboman karena itu merenggut jiwa manusia. Kalau mau takut dan mengecam, maka kecamlah mantan-mantan menteri yang ditangkap KPK karena korupsi mereka memiskinkan rakyat," tulis Adian.
Adian mengatakan bahwa tudingan Jambore Mahasiswa di Cibubur ditunggangi merupakan sikap meremehkan terhadap para mahasiswa tersebut, yang dalam bahasanya "adalah generasi muda intelektual. Mereka mampu berfikir dan bergerak sendiri."
Sehingga sulit membayangkan ada pertemuan besar yang diikuti sekira 3.000 mahasiswa dari 500-an kampus di 25 provinsi.
"Tidak ada yang sanggup, termasuk saya, untuk menggerakkan kekuatan intelektual muda sebesar itu," katanya.
(baca juga: Penampakan mobil yang diamankan dari depan rumah SBY)
Menurut Adian, dari informasi yang ia dapatkan ia tidak melihat ada yang salah dalam pertemuan mahasiswa di Jambore Mahasiswa di Cibubur maupun hasil pertemuan yang ditulis dalam pernyataan sikap mereka yang tersebar luas lewat pesan berantai dan media sosial.
"Yaitu, menolak isu SARA, meminta agar pelajaran Pancasila dilakukan di sekolah-sekolah, melawan organisasi yang ingin mengubah Pancasila dan pemberantasan korupsi. Aneh bagi saya jika ada mantan presiden, yang marah dengan aksi yang didasari tuntutan itu," katanya.
aksi bukan di depan rumah SBY
Di sisi lain, Adian menilai aksi unjuk rasa itu sebetulnya tidak tepat di depan kediaman SBY karena lebih dekat dengan Kedutaan Besar Qatar, atau masih ada jarak pandang sekira 50 meter.
(baca juga: Demokrat sesalkan rasa di kediaman SBY)
Meski demikian Adian setuju jika memang unjuk rasa itu tidak berizin maka aksi tersebut tergolong tindak pidana ringan.
Adian juga kembali menegaskan bahwa mobil Nissan Terrano berplat nomor B 2124 ZO yang ada di lokasi bukanlah Nissan Terrano kepunyaannya, sebab plat nomor mobilnya adalah AD 1 AN alias terdaftar di wilayah Solo.
(baca juga: Adian Napitupulu bantah mobilnya ditahan terkait unjuk rasa rumah SBY)
Lebih lanjut, Adian mengakui kehadirannya di Jambore Mahasiswa Cibubur, namun ia tidak sedikitpun ambil bagian sebagai pembicara di atas panggung kegiatan tersebut.
"Saya datang bersama Istri saya, saya hanya bertemu dengan mahasiswa dari beberapa daerah yang ingin menyampaikan permasalahan di daerahnya, karena itu bagian dari tugas saya sebagai anggota DPR," pungkas Anggota Komisi VII DPR RI tersebut.
Adrian menambahkan bahwa ia bertemu juga dengan eksponen aktivis 98 lainnya yang kini bergabung dengan sejumlah partai politik, termasuk partai Demokrat.
Lewat siaran pers pribadi yang disampaikan Adian kepada awak media lewat aplikasi perpesanan, Selasa, pentolan aktivis 98 tersebut bukan saja membantah tuduhan keterlibatannya menggerakkan mahasiswa untuk berunjuk rasa di depan kediaman tetapi juga menyarankan agar Presiden RI ke-6 itu agar tidak perlu takut maupun mengecam kegiatan tersebut.
"Baiknya SBY tidak perlu takut dan mengecam mahasiswa yang hanya bermodalkan spanduk dan pengeras suara dengan tuntutan yang 1.000 persen masuk di akal. Kalau mau takut, maka takut dan kecamlah pelaku pemboman karena itu merenggut jiwa manusia. Kalau mau takut dan mengecam, maka kecamlah mantan-mantan menteri yang ditangkap KPK karena korupsi mereka memiskinkan rakyat," tulis Adian.
Adian mengatakan bahwa tudingan Jambore Mahasiswa di Cibubur ditunggangi merupakan sikap meremehkan terhadap para mahasiswa tersebut, yang dalam bahasanya "adalah generasi muda intelektual. Mereka mampu berfikir dan bergerak sendiri."
Sehingga sulit membayangkan ada pertemuan besar yang diikuti sekira 3.000 mahasiswa dari 500-an kampus di 25 provinsi.
"Tidak ada yang sanggup, termasuk saya, untuk menggerakkan kekuatan intelektual muda sebesar itu," katanya.
(baca juga: Penampakan mobil yang diamankan dari depan rumah SBY)
Menurut Adian, dari informasi yang ia dapatkan ia tidak melihat ada yang salah dalam pertemuan mahasiswa di Jambore Mahasiswa di Cibubur maupun hasil pertemuan yang ditulis dalam pernyataan sikap mereka yang tersebar luas lewat pesan berantai dan media sosial.
"Yaitu, menolak isu SARA, meminta agar pelajaran Pancasila dilakukan di sekolah-sekolah, melawan organisasi yang ingin mengubah Pancasila dan pemberantasan korupsi. Aneh bagi saya jika ada mantan presiden, yang marah dengan aksi yang didasari tuntutan itu," katanya.
aksi bukan di depan rumah SBY
Di sisi lain, Adian menilai aksi unjuk rasa itu sebetulnya tidak tepat di depan kediaman SBY karena lebih dekat dengan Kedutaan Besar Qatar, atau masih ada jarak pandang sekira 50 meter.
(baca juga: Demokrat sesalkan rasa di kediaman SBY)
Meski demikian Adian setuju jika memang unjuk rasa itu tidak berizin maka aksi tersebut tergolong tindak pidana ringan.
Adian juga kembali menegaskan bahwa mobil Nissan Terrano berplat nomor B 2124 ZO yang ada di lokasi bukanlah Nissan Terrano kepunyaannya, sebab plat nomor mobilnya adalah AD 1 AN alias terdaftar di wilayah Solo.
(baca juga: Adian Napitupulu bantah mobilnya ditahan terkait unjuk rasa rumah SBY)
Lebih lanjut, Adian mengakui kehadirannya di Jambore Mahasiswa Cibubur, namun ia tidak sedikitpun ambil bagian sebagai pembicara di atas panggung kegiatan tersebut.
"Saya datang bersama Istri saya, saya hanya bertemu dengan mahasiswa dari beberapa daerah yang ingin menyampaikan permasalahan di daerahnya, karena itu bagian dari tugas saya sebagai anggota DPR," pungkas Anggota Komisi VII DPR RI tersebut.
Adrian menambahkan bahwa ia bertemu juga dengan eksponen aktivis 98 lainnya yang kini bergabung dengan sejumlah partai politik, termasuk partai Demokrat.