Yogyakarta ANTARA JATENG - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir meluncurkan sistem Science and Technology Index bernama nama "SINTA" di Yogyakarta, Senin.
SINTA adalah sebuah portal berisi pengukuran kinerja ilmu pengetahuan dan teknologi yang meliputi kinerja peneliti/penulis/author, kinerja jurnal, kinerja institusi Iptek untuk mendorong budaya publikasi ilmiah.
Mohamad Nasir mengatakan portal ini dibuat karenajumlah mahasiswa dan jumlah dosen belum sebanding dengan jumlah publikasi yang dihasilkan sehingga mengakibatkan peneliti Indonesia kurang dikenal masyarakat global.
Nasir menyebutkan sistem yang selama ini sudah ada di Indonesia tidak operasional disebabkan beberapa hal, pertama karena inkosistensi dukungan tidak digunakan sebagai instrumen penentu dalam implementasi kebijakan seperti akreditasi, jabatan fungsional, dan lain-lain sehingga data tidak ter-update dan akhirnya mati.
Kemudian mekanisme pengolahan data tidak sinergis dengan instansi yang memiliki tugas dan fungsi. Lalu sistem input data belum digital sehingga sulit berkembang.
SINTA terdapat fungsi relasi, sitasi dan peng-index sementara yang lain hanya relasi dan sitasi saja, Sinta juga menggunakan sistem entry exit digital dan dikelola secara multisektor yang mempunyai tugas fungsi sinergis yakni Kemenristekdikti dan LIPI.
"Sistem ini memang masih jauh dari sempurna karena memang baru dimulai. Namun akan terus disempurnakan," ujarnya saat Rakernas Kemenristekdikti 2017 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Sistem ini juga akan menjadi bagian untuk mendorong kenaikan jabatan fungsional dosen dan juga peneliti.
Lebih lanjut Menristekti mengemukakan target publikasi pada 2017 sebesar 15.000-17.000 publikasi. Sistem ini diharapkan mampu memotivasi para peneliti untuk lebih giat menghasilkan publikasi.
Daya saing Indonesia menurun dari peringkat 37 pada tahun 2015 keperingkat 41 pada 2016, penurunan ini sejalan dengan rendahnya belanja R&D yang baru mencapai 0,2 persen per Gross Domestic Product (GDP) sehingga indikator R&D yang terdiri dari publikasi, kekayaan intelektual, dan prototipe masih belum optimal. Sumber belanja R & D di Indonesia juga masih didominasi 75 persen oleh anggaran pemerintah.
SINTA adalah sebuah portal berisi pengukuran kinerja ilmu pengetahuan dan teknologi yang meliputi kinerja peneliti/penulis/author, kinerja jurnal, kinerja institusi Iptek untuk mendorong budaya publikasi ilmiah.
Mohamad Nasir mengatakan portal ini dibuat karenajumlah mahasiswa dan jumlah dosen belum sebanding dengan jumlah publikasi yang dihasilkan sehingga mengakibatkan peneliti Indonesia kurang dikenal masyarakat global.
Nasir menyebutkan sistem yang selama ini sudah ada di Indonesia tidak operasional disebabkan beberapa hal, pertama karena inkosistensi dukungan tidak digunakan sebagai instrumen penentu dalam implementasi kebijakan seperti akreditasi, jabatan fungsional, dan lain-lain sehingga data tidak ter-update dan akhirnya mati.
Kemudian mekanisme pengolahan data tidak sinergis dengan instansi yang memiliki tugas dan fungsi. Lalu sistem input data belum digital sehingga sulit berkembang.
SINTA terdapat fungsi relasi, sitasi dan peng-index sementara yang lain hanya relasi dan sitasi saja, Sinta juga menggunakan sistem entry exit digital dan dikelola secara multisektor yang mempunyai tugas fungsi sinergis yakni Kemenristekdikti dan LIPI.
"Sistem ini memang masih jauh dari sempurna karena memang baru dimulai. Namun akan terus disempurnakan," ujarnya saat Rakernas Kemenristekdikti 2017 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Sistem ini juga akan menjadi bagian untuk mendorong kenaikan jabatan fungsional dosen dan juga peneliti.
Lebih lanjut Menristekti mengemukakan target publikasi pada 2017 sebesar 15.000-17.000 publikasi. Sistem ini diharapkan mampu memotivasi para peneliti untuk lebih giat menghasilkan publikasi.
Daya saing Indonesia menurun dari peringkat 37 pada tahun 2015 keperingkat 41 pada 2016, penurunan ini sejalan dengan rendahnya belanja R&D yang baru mencapai 0,2 persen per Gross Domestic Product (GDP) sehingga indikator R&D yang terdiri dari publikasi, kekayaan intelektual, dan prototipe masih belum optimal. Sumber belanja R & D di Indonesia juga masih didominasi 75 persen oleh anggaran pemerintah.