Kudus, Antara Jateng - Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Serang Lusi Juwana, di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mulai mengintensifkan posko pemantauan debit air sungai untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya banjir sejak dini.

"Jika sebelumnya laporan hanya per pekan, kini ditingkatkan menjadi setiap jam untuk menyampaikan laporan debit air," kata Kepala BPSDA Seluna Noviyanto di Kudus, Selasa.

Laporan pemantauan debit air, katanya, masing-masing petugas sesuai dengan area pantauan BPSDA Seluna, seperti Sungai Serang, Lusi, dan Juwana.

Bahkan, lanjut dia, pemantauan tidak hanya terbatas pada aliran sungai, melainkan tanggul dan bendung juga ikut menjadi objek pemantauan.

Ia berharap, dengan adanya laporan rutin setiap jam tersebut bisa diketahui kondisi terkini.

Jika sebelumnya debit airnya cukup tinggi, kata dia, saat ini mulai menurun.

"Dilihat dari debit air di Bendung Klambu, saat ini sudah mulai turun," ujarnya.

Pada Selasa (15/11) pukul 14.00 WIB debit airnya turun menjadi 425 meter kubik per detik, dibandingkan sebelumnya mencapai 484 meter kubik per detik.

Tanggul yang sebelumnya dianggap kritis, tersebar di Kabupaten Demak, seperti tanggul sungai di Desa Ngelo, Pasir, Mijen dan Jleper.

Hanya saja, jelas dia, sejak adanya perbaikan oleh Balai Besar kondisinya saat ini sudah baik, sehingga tidak perlu dikhawatirkan.

"Masyarakat juga tidak perlu mengkhawatirkan ketika debit air meningkat," ujarnya.

Ia mengimbau, masyarakat turut memantau kondisi debit air sekitar serta kondisi tanggul, jika terjadi hal-hal yang kurang wajar segera dilaporkan untuk ditindaklanjuti.

"Sejauh ini, debit air Sungai Wulan belum terlihat peres dengan ketinggian tanggul. Kalaupun ada yang harus ditinggikan lagi, untuk sementara di dekat Jembatan Tanggulangin ditinggikan dengan karung plastik yang diisi material tanah," ujarnya.

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024