Boyolali, Antara Jateng - Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, menyatakan produksi pangan di daerah itu mengalami surplus 68.170 ton setara beras dari total produksi hingga September 2016 yang mencapai 247.944 ton.

"Boyolali produksi beras hingga September ini, surplus 68.170 ton," kata Kepala Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan BKP3 Boyolali Parwoto di Boyolali, Selasa.

Selain itu, katanya, komoditas jagung juga mengalami surplus 117.956 ton dari total produksi 162.361 ton, sedangkan ubi kayu surplus 19.011 ton dari total produksi 70.239 ton.

Parwoto mengatakan untuk komoditas pangan yang lainnya, seperti ubi jalar mengalami minus dengan kebutuhan pangan 4.626 ton per tahun.

Produksi ubi jalar hanya 100 ton, sedangkan kacang tanah dengan kebutuhan pangan 2.428 ton, produksinya 2.165 ton, dan kedelai yang kebutuhannya 7.661 ton produksinya 4.206 ton.

Berdasarkan produksi bahan pangan di Boyolali tersebut, katanya, komoditas jagung dan ubi kayu dapat untuk bahan pangan alternatif pengganti beras.

Namun, kata dia, tingkat konsumsi jagung dan ubi kayu selama ini masih rendah.

Pihaknya mencatat sekitar 75 persen hasil produksi kedua komoditas itu untuk pakan ternak, sedangkan yang terserap untuk konsumsi rumah tangga sekitar 25 persen.

"Kami memantau konsumsi jagung dan ubi kayu untuk rumah tangga biasanya di daerah pedesaan karena kedua komoditas itu masih dijadikan menu bahan pangan pokok selain beras," katanya.

Ia mengatakan masyarakat di pedesaan Boyolali masih mengonsumsi nasi jagung sebagai bahan makanan pokok yang masih berkaitan dengan tradisi dan budaya lokal.

Oleh karena itu, pihaknya berupaya meningkatan konsumsi bahan pangan nonberas sebagai bahan pangan pokok di Boyolali dan diversifikasi dengan mengedukasi masyarakat untuk lebih variatif dalam mengolah bahan pangan.

"Boyolali meski pangan surplus tinggi, tetapi kami upayakan diversifikasi agar ada pengolahan pangan yang baik," katanya.

Ia mengatakan jagung dan ubi kayu selama ini dijadikan pakan ternak oleh masyarakat setempat. Padahal, komoditas itu juga dapat diproduksi menjadi makanan yang bernilai tinggi jika mengetahui cara pengolahannya.

Ia mengakui diversifikasi pangan non beras berjalan lambat, meskipun di masyarakat sudah ada perubahan pola konsumsi dalam tiga tahun terakhir.

Berdasarkan data 2015, tingkat konsumsi beras per tahun di Boyolali 95,9 kg/kapita/tahun atau turun daripada beberapa tahun sebelumnya, di mana tingkat konsumsinya masih di atas 100 kg/kapita.

"Masyarakat Boyolali konsumsi jagung terbilang masih rendah, hanya 16,51 kg/kapita/tahun, dan ubi kayu 56,30 kg/kapita/tahun. Namun, tingkat konsumsi pangan nonberas sudah ada peningkatan dari tahun ke tahun," katanya.

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024