Jakarta Antara Jateng - Setelah tak lagi menjabat CEO Valadoo, Jaka Wiradisuria, kini menjadi Head of Product pada sebuah startup bidang FinTech, Ruma.
"Untuk bisa berkontribusi dalam semangat kewirausahaan, saya tidak harus selalu menjadi founder atau CEO. Tidak harus jadi orang nomor satunya, yang terpenting adalah bagaimana kita berkontribusi dan memberikan skill terbaik," kata dia kepada ANTARA News dalam Workshop Gerakan Nasional 1000 Startup, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
"Apalagi kalau kita ingin usahanya tumbuh besar, kolaborasi merupakan hal yang penting," sambung dia.
Situs layanan travel Valadoo tutup pada 2015 setelah lima tahun didirikan. Jaka sendiri tak malu mengakui bahwa tutupnya Valadoo adalah kegagalan. Namun, ada banyak hal yang dapat dipelajari dari kegagalan itu.
"Poin paling penting yang bisa saya share, sebelum membangun startup agar tidak seperti Valadoo, penting sekali untuk mengenali diri sendiri. Kenali betul siapa dirimu dan apa alasanmu membangun startup," ujar dia.
"Yang paling penting adalah mengapa kita membangun startup tersebut, apakah hanya sekedar mengikuti tren, atau memang karena punya solusi yang benar-benar bisa memberi dampak positif untuk orang banyak," lanjut dia.
Alasan yang kuat itu, menurut Jaka, diperlukan agar nanti saat melewati masa sulit dalam mengembangkan startup, akan dapat lebih mudah melewatinya. Sebaliknya, jika motivasi atau alasan tidak kuat, biasanya akan sulit bangkit ketika menemukan hambatan atau kegagalan.
Jaka sendiri saat itu mengaku terlambat menentukan langkah bagi Valadoo untuk menjadi penyedia layanan pasiwisata yang fokus pada salah satu destinasi atau menyediakan layanan pariwisata untuk seluruh destinasi di Indonesia.
"Untuk memilih dua jalur tersebut, saya akui ketika itu saya terlambat. Sebagai leader, saya juga belum terlalu matang dalam memutuskan hal-hal yang berat," tutup Jaka.
"Untuk bisa berkontribusi dalam semangat kewirausahaan, saya tidak harus selalu menjadi founder atau CEO. Tidak harus jadi orang nomor satunya, yang terpenting adalah bagaimana kita berkontribusi dan memberikan skill terbaik," kata dia kepada ANTARA News dalam Workshop Gerakan Nasional 1000 Startup, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
"Apalagi kalau kita ingin usahanya tumbuh besar, kolaborasi merupakan hal yang penting," sambung dia.
Situs layanan travel Valadoo tutup pada 2015 setelah lima tahun didirikan. Jaka sendiri tak malu mengakui bahwa tutupnya Valadoo adalah kegagalan. Namun, ada banyak hal yang dapat dipelajari dari kegagalan itu.
"Poin paling penting yang bisa saya share, sebelum membangun startup agar tidak seperti Valadoo, penting sekali untuk mengenali diri sendiri. Kenali betul siapa dirimu dan apa alasanmu membangun startup," ujar dia.
"Yang paling penting adalah mengapa kita membangun startup tersebut, apakah hanya sekedar mengikuti tren, atau memang karena punya solusi yang benar-benar bisa memberi dampak positif untuk orang banyak," lanjut dia.
Alasan yang kuat itu, menurut Jaka, diperlukan agar nanti saat melewati masa sulit dalam mengembangkan startup, akan dapat lebih mudah melewatinya. Sebaliknya, jika motivasi atau alasan tidak kuat, biasanya akan sulit bangkit ketika menemukan hambatan atau kegagalan.
Jaka sendiri saat itu mengaku terlambat menentukan langkah bagi Valadoo untuk menjadi penyedia layanan pasiwisata yang fokus pada salah satu destinasi atau menyediakan layanan pariwisata untuk seluruh destinasi di Indonesia.
"Untuk memilih dua jalur tersebut, saya akui ketika itu saya terlambat. Sebagai leader, saya juga belum terlalu matang dalam memutuskan hal-hal yang berat," tutup Jaka.