Semarang, Antara Jateng - Ombudsman merupakan lembaga yang selama ini dikenal vokal karena tugasnya mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang bersumber dari APBD maupun APBN.
Kevokalan inilah yang melekat pada sosok Achmad Zaid, Kepala Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan Jawa Tengah sebagai kepanjangan tangan ORI pusat untuk memudahkan tugas pengawasan.
Berbagai aspek pelayanan publik di Jateng, khususnya Kota Semarang, hampir tidak ada yang luput dari pengawasan lembaga yang dipimpinnya, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga ketenagakerjaan.
Bahkan, hingga saat terakhirnya, sosok kelahiran Semarang, 27 September 1971, itu pun tengah menjalankan tugas pengawasan berkaitan dengan dugaan penyimpangan penerimaan siswa di Kabupaten Demak.
Nahas, mobil yang ditumpangi mendiang beserta rombongan ORI Perwakilan Jateng tertabrak Kereta Api (KA) Maharani di perlintasan tanpa palang pintu di Brumbung, Mranggen, Kabupaten Demak, Kamis.
Dari empat penumpang Toyota Innova, Zaid yang mengemudikan kendaraan itu langsung meninggal di tempat karena luka parah di bagian kepala, sementara tiga orang lainnya mengalami luka-luka.
Asisten ORI Perwakilan Jateng M. Agus Ardiansyah menjelaskan bahwa kepergian rombongan Ombudsman itu untuk menginvestigasi dugaan penyimpangan penerimaan siswa di SD Negeri Batursari 06, Mranggen, Demak.
"Pagi hari sebelum berangkat ke Mranggen, beliau masih ke kantor. Bahkan, almarhum sempat berpesan agar materi untuk rapat koordinasi di Jakarta, 22 Agustus mendatang, segera disiapkan," katanya.
Setelah investigasi, rombongan ORI Perwakilan Jateng itu berencana kembali ke kantor. Namun, harus berakhir di perlintasan yang ternyata tidak jauh dari tempat tinggal Zaid, sang Ketua Ombudsman.
Meski vokal, suami dari Choiriyah itu dikenal sebagai sosok yang humoris, baik oleh kalangan pimpinan, rekan sejawat, maupun kalangan jurnalis yang sudah sedemikian akrab dengan guyonannya.
Mantan Rektor Universitas Sultan Agung (Unissula) Semarang Prof. Laode M. Kamaluddin pun mengakui mantan anak buahnya itu sebagai sosok yang secara pribadi menyenangkan dan tegas serta humoris.
"Zaid adalah asisten saya semasa masih menjabat Rektor Unissula. Asisten rektor yang mengurusi bidang hukum. Saya butuh dosen yang betul-betul mengerti permasalahan hukum, ya, Zaid itu," katanya.
Di mata Laode, Zaid yang masih tercatat sebagai pengajar Fakultas Hukum Unissula itu sudah dikenalnya sejak lama, apalagi sama-sama berlatar belakang organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
"Pas bulan puasa kemarin, saya sempat diundang ke Semarang. Ya, buka puasa bersama. Saya ketemu Zaid, dia yang menanggung semuanya," kata Rektor Universitas Lakidende, Sulawesi Tenggara, itu.
Padahal, kata mantan Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) itu, sebetulnya bukan tugas Zaid yang menanggung biaya, melainkan bapak tiga anak itu mengatakan bahwa mumpung masih ada rezeki alangkah baiknya beramal.
"Di situ, dia (Zaid, red.) sempat memberikan sambutan dengan mengatakan bahwa bulan puasa ini merupakan kesempatan beramal karena belum tentu bisa bertemu bulan puasa berikutnya. Mungkin ini firasat," katanya.
Namun, Laode bersama rekan-rekan lainnya tidak terlalu memikirkan terlalu jauh karena pada dasarnya Zaid merupakan orang yang senang guyon dan humoris sehingga tidak ditanggapi terlalu serius.
"Saya merasa sangat kehilangan. Waktu saya terpilih jadi Ketua FRI, dia yang jadi ketua panitia. Setelah jadi asisten saya (rektor, red.), dia 'kan terpilih jadi Ketua Ombudsman," pungkasnya.
Konsisten dalam Berjuang
Di kalangan rekan-rekannya, Zaid juga dikenal gigih dalam memperjuangan prinsip yang diyakininya, sebagaimana diungkapkan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang akrab disapa Hendi.
Hendi sudah mengenalnya sejak masih menduduki kepengurusan di Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Jateng sekitar tahun 2000 sebagai pribadi yang supel, menyenangkan, dan memiliki prinsip yang kuat.
"Banyak hal kepemudaan yang kami kerjakan bersama-sama pada saat itu dan semuanya bisa terselesaikan dengan baik dan sukses. Persahabatan kami terus berlanjut sampai sekarang," katanya.
Meski Zaid kemudian terpilih menjadi pimpinan lembaga yang tugasnya mengawasi pelayanan publik yang diberikan Pemerintah Kota Semarang, persahabatan keduanya pun tetap terjalin dengan baik.
"Sampai beliau menjadi Ketua Ombudsman (ORI Perwakilan Jateng, red.), kami masih berteman baik. Kami sangat respek dengan pola kerja beliau yang responsif, taktis, dan solutif," katanya.
Zaid juga sempat menangani permasalahan siswa penghayat kepercayaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 7 Semarang yang tidak bisa naik kelas karena kurikulum hanya memfasilitasi enam agama.
Beberapa kali, ORI Jateng yang langsung dipimpin Zaid memfasilitasi agar siswa tersebut bisa tetap belajar di sekolah tersebut secara nyaman tanpa mendapatkan perlakuan yang diskriminatif.
Tidak hanya itu, keberadaan siswa "siluman" akibat pengisian kursi kosong di sekolah yang tidak transparan pernah disorotinya, apalagi diperkuat temuan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Semarang.
Bahkan, ORI Jateng berencana mengembangkan penyelidikan atas kasus itu ke seluruh sekolah negeri karena diyakininya tidak menutup kemungkinan terjadi pula di sekolah lainnya.
"Memang sekolah tidak melanggar aturan apa pun karena belum diatur dalam peraturan daerah. Namun, ini melanggar prinsip keadilan karena masyarakat luas tidak bisa mengakses," katanya ketika itu.
Pasalnya, hanya orang-orang yang memiliki akses kekuasaan, informasi, dan finansial yang bisa mengisi kekosongan kursi di sekolah karena adanya pendaftar yang tidak melakukan daftar ulang.
Dari kalangan legislatif, Supriyadi selaku Ketua DPRD Kota Semarang pun mengapresiasi Zaid sebagai sosok muda yang sangat baik, bersemangat, dan "nyedulur", atau mudah bergaul dengan siapa saja.
"Beliau bersemangat dan konsisten dalam memperjuangkan hak-hak warga yang sedang mengalami permasalahan dalam pelayanan publik, terutama warga miskin," kata politikus PDI Perjuangan tersebut.
Dengan wafatnya Zaid, Supriyadi mengatakan bahwa masyarakat Jateng, khususnya Semarang, sangat kehilangan sosok yang selama ini konsisten dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat kecil yang lemah.
"Apa yang dilakukan beliau semasa hidupnya harus dijadikan panutan para generasi muda. Kami dari DPRD Kota Semarang menyampaikan rasa dukacita yang sangat mendalam atas kepergian beliau," katanya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Antara, jenazah Zaid dikebumikan pada hari Kamis (11/8) sekitar pukul 19.00 WIB setelah disemayamkan di rumah duka yang terletak di belakang Kantor Kecamatan Mranggen.
Kevokalan inilah yang melekat pada sosok Achmad Zaid, Kepala Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan Jawa Tengah sebagai kepanjangan tangan ORI pusat untuk memudahkan tugas pengawasan.
Berbagai aspek pelayanan publik di Jateng, khususnya Kota Semarang, hampir tidak ada yang luput dari pengawasan lembaga yang dipimpinnya, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga ketenagakerjaan.
Bahkan, hingga saat terakhirnya, sosok kelahiran Semarang, 27 September 1971, itu pun tengah menjalankan tugas pengawasan berkaitan dengan dugaan penyimpangan penerimaan siswa di Kabupaten Demak.
Nahas, mobil yang ditumpangi mendiang beserta rombongan ORI Perwakilan Jateng tertabrak Kereta Api (KA) Maharani di perlintasan tanpa palang pintu di Brumbung, Mranggen, Kabupaten Demak, Kamis.
Dari empat penumpang Toyota Innova, Zaid yang mengemudikan kendaraan itu langsung meninggal di tempat karena luka parah di bagian kepala, sementara tiga orang lainnya mengalami luka-luka.
Asisten ORI Perwakilan Jateng M. Agus Ardiansyah menjelaskan bahwa kepergian rombongan Ombudsman itu untuk menginvestigasi dugaan penyimpangan penerimaan siswa di SD Negeri Batursari 06, Mranggen, Demak.
"Pagi hari sebelum berangkat ke Mranggen, beliau masih ke kantor. Bahkan, almarhum sempat berpesan agar materi untuk rapat koordinasi di Jakarta, 22 Agustus mendatang, segera disiapkan," katanya.
Setelah investigasi, rombongan ORI Perwakilan Jateng itu berencana kembali ke kantor. Namun, harus berakhir di perlintasan yang ternyata tidak jauh dari tempat tinggal Zaid, sang Ketua Ombudsman.
Meski vokal, suami dari Choiriyah itu dikenal sebagai sosok yang humoris, baik oleh kalangan pimpinan, rekan sejawat, maupun kalangan jurnalis yang sudah sedemikian akrab dengan guyonannya.
Mantan Rektor Universitas Sultan Agung (Unissula) Semarang Prof. Laode M. Kamaluddin pun mengakui mantan anak buahnya itu sebagai sosok yang secara pribadi menyenangkan dan tegas serta humoris.
"Zaid adalah asisten saya semasa masih menjabat Rektor Unissula. Asisten rektor yang mengurusi bidang hukum. Saya butuh dosen yang betul-betul mengerti permasalahan hukum, ya, Zaid itu," katanya.
Di mata Laode, Zaid yang masih tercatat sebagai pengajar Fakultas Hukum Unissula itu sudah dikenalnya sejak lama, apalagi sama-sama berlatar belakang organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
"Pas bulan puasa kemarin, saya sempat diundang ke Semarang. Ya, buka puasa bersama. Saya ketemu Zaid, dia yang menanggung semuanya," kata Rektor Universitas Lakidende, Sulawesi Tenggara, itu.
Padahal, kata mantan Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) itu, sebetulnya bukan tugas Zaid yang menanggung biaya, melainkan bapak tiga anak itu mengatakan bahwa mumpung masih ada rezeki alangkah baiknya beramal.
"Di situ, dia (Zaid, red.) sempat memberikan sambutan dengan mengatakan bahwa bulan puasa ini merupakan kesempatan beramal karena belum tentu bisa bertemu bulan puasa berikutnya. Mungkin ini firasat," katanya.
Namun, Laode bersama rekan-rekan lainnya tidak terlalu memikirkan terlalu jauh karena pada dasarnya Zaid merupakan orang yang senang guyon dan humoris sehingga tidak ditanggapi terlalu serius.
"Saya merasa sangat kehilangan. Waktu saya terpilih jadi Ketua FRI, dia yang jadi ketua panitia. Setelah jadi asisten saya (rektor, red.), dia 'kan terpilih jadi Ketua Ombudsman," pungkasnya.
Konsisten dalam Berjuang
Di kalangan rekan-rekannya, Zaid juga dikenal gigih dalam memperjuangan prinsip yang diyakininya, sebagaimana diungkapkan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang akrab disapa Hendi.
Hendi sudah mengenalnya sejak masih menduduki kepengurusan di Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Jateng sekitar tahun 2000 sebagai pribadi yang supel, menyenangkan, dan memiliki prinsip yang kuat.
"Banyak hal kepemudaan yang kami kerjakan bersama-sama pada saat itu dan semuanya bisa terselesaikan dengan baik dan sukses. Persahabatan kami terus berlanjut sampai sekarang," katanya.
Meski Zaid kemudian terpilih menjadi pimpinan lembaga yang tugasnya mengawasi pelayanan publik yang diberikan Pemerintah Kota Semarang, persahabatan keduanya pun tetap terjalin dengan baik.
"Sampai beliau menjadi Ketua Ombudsman (ORI Perwakilan Jateng, red.), kami masih berteman baik. Kami sangat respek dengan pola kerja beliau yang responsif, taktis, dan solutif," katanya.
Zaid juga sempat menangani permasalahan siswa penghayat kepercayaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 7 Semarang yang tidak bisa naik kelas karena kurikulum hanya memfasilitasi enam agama.
Beberapa kali, ORI Jateng yang langsung dipimpin Zaid memfasilitasi agar siswa tersebut bisa tetap belajar di sekolah tersebut secara nyaman tanpa mendapatkan perlakuan yang diskriminatif.
Tidak hanya itu, keberadaan siswa "siluman" akibat pengisian kursi kosong di sekolah yang tidak transparan pernah disorotinya, apalagi diperkuat temuan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Semarang.
Bahkan, ORI Jateng berencana mengembangkan penyelidikan atas kasus itu ke seluruh sekolah negeri karena diyakininya tidak menutup kemungkinan terjadi pula di sekolah lainnya.
"Memang sekolah tidak melanggar aturan apa pun karena belum diatur dalam peraturan daerah. Namun, ini melanggar prinsip keadilan karena masyarakat luas tidak bisa mengakses," katanya ketika itu.
Pasalnya, hanya orang-orang yang memiliki akses kekuasaan, informasi, dan finansial yang bisa mengisi kekosongan kursi di sekolah karena adanya pendaftar yang tidak melakukan daftar ulang.
Dari kalangan legislatif, Supriyadi selaku Ketua DPRD Kota Semarang pun mengapresiasi Zaid sebagai sosok muda yang sangat baik, bersemangat, dan "nyedulur", atau mudah bergaul dengan siapa saja.
"Beliau bersemangat dan konsisten dalam memperjuangkan hak-hak warga yang sedang mengalami permasalahan dalam pelayanan publik, terutama warga miskin," kata politikus PDI Perjuangan tersebut.
Dengan wafatnya Zaid, Supriyadi mengatakan bahwa masyarakat Jateng, khususnya Semarang, sangat kehilangan sosok yang selama ini konsisten dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat kecil yang lemah.
"Apa yang dilakukan beliau semasa hidupnya harus dijadikan panutan para generasi muda. Kami dari DPRD Kota Semarang menyampaikan rasa dukacita yang sangat mendalam atas kepergian beliau," katanya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Antara, jenazah Zaid dikebumikan pada hari Kamis (11/8) sekitar pukul 19.00 WIB setelah disemayamkan di rumah duka yang terletak di belakang Kantor Kecamatan Mranggen.