Manchester, Antara Jateng - Analisis terhadap 13 domba hasil kloning, termasuk empat yang berasal dari materi genetik yang sama dengan binatang hasil kloning pertama, domba Dolly, terbukti bisa berumur panjang dan hidup sehat menurut studi yang dipublikasikan Selasa (26/7) di jurnal Nature Communications.
Tiga pekan setelah ulang tahun ke-20 kelahiran domba Dolly, peneliti dari Universitas Nottingham di Inggris, yang memimpin studi itu, mengungkapkan temuan terkini mereka mengenai penyakit tidak menular terkait usia pada keturunan binatang hasil kloning.
Seperti dilansir laman Universitas Nottingham, empat domba hasil kloning yang berasal dari lini sel yang sama, kopi genom Dolly, mencapai usia kedelapan mereka dalam keadaan sehat.
Domba-domba hasil kloning bernama Debbie, Denise, Dianna, dan Daisy itu baru saja merayakan ulang tahun kesembilan.
Ahli biologi perkembangan Kevin Sinclair dari Universitas Nottingham memelihara mereka bersama sembilan domba hasil kloning lainnya yang usianya tujuh sampai sembilan tahun.
Dolly mencetak sejarah sebagai binatang pertama yang dikloning dari sel domba dewasa menggunakan teknik yang disebut Somatic-Cell Nuclear Transfer (SCNT).
Namun umur panjang dan kesehatan saat menua di antara binatang yang dikloning menggunakan teknik SCNT sejak lama menjadi perdebatan. Domba Dolly menjalani perawatan osteoarthritis beberapa kali menjelang kematiannya tahun 2003 pada usia relatif muda yakni 6,5 tahun.
Studi yang baru menunjukkan bahwa pada usia tujuh sampai sembilan tahun (sekitar 60 sampai 70 tahun pada manusia) domba-domba hasil kloning tidak menunjukkan efek gangguan kesehatan jangka panjang.
Selama 2015, domba-domba hasil kloning tersebut menjalani serangkaian penilaian komprehensif untuk penyakit tidak menular seperti obesitas, hipertensi dan osteoarthritis, tiga penyakit utama yang biasa ditemukan pada populasi orang lanjut usia menurut para peneliti.
Pemeriksaan radiologi pada semua sendi utama dilanjutkan dengan pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada lutut mereka, sendi merupakan bagian tubuh yang paling terdampak osteoarthritis pada Dolly.
Kesehatan mereka dibandingkan dengan sekelompok domba berusia enam tahun hasil kembang biak alami pada kondisi serupa di Universitas Nottingham.
"Domba hasil perkembangbiakan alami bisa hidup 10 tahun lebih pastinya... Tapi ini seperti pada manusia. Manusia bisa hidup sampai umur 80an dan 90an atau bahkan 100an tahun lebih, tapi hanya sedikit yang seperti itu," kata Sinclair, salah satu penulis hasil studi itu.
Salah satu yang menjadi perhatian adalah bahwa pada masa-masa awal keturunan domba hasil kloning menua sebelum waktunya dan Dolly didiagnosis osteoarthritis pada usia sekitar lima tahun, jadi ini jelas area yang relevan untuk diteliti, kata Sinclair.
Meski usianya lanjut, domba-domba hasil kloning, termasuk empat "saudari" Dolly, tidak menunjukkan tanda-tanda diabetes, tekanan darah tinggi atau penyakit sendi degeneratif.
Meski beberapa binatang menunjukkan tanda-tanda osteoarthritis ringan namun tidak ada yang pincang dan tidak ada yang membutuhkan perawatan osteoarthritis menurut hasil studi yang dikutip kantor berita Xinhua.
Tiga pekan setelah ulang tahun ke-20 kelahiran domba Dolly, peneliti dari Universitas Nottingham di Inggris, yang memimpin studi itu, mengungkapkan temuan terkini mereka mengenai penyakit tidak menular terkait usia pada keturunan binatang hasil kloning.
Seperti dilansir laman Universitas Nottingham, empat domba hasil kloning yang berasal dari lini sel yang sama, kopi genom Dolly, mencapai usia kedelapan mereka dalam keadaan sehat.
Domba-domba hasil kloning bernama Debbie, Denise, Dianna, dan Daisy itu baru saja merayakan ulang tahun kesembilan.
Ahli biologi perkembangan Kevin Sinclair dari Universitas Nottingham memelihara mereka bersama sembilan domba hasil kloning lainnya yang usianya tujuh sampai sembilan tahun.
Dolly mencetak sejarah sebagai binatang pertama yang dikloning dari sel domba dewasa menggunakan teknik yang disebut Somatic-Cell Nuclear Transfer (SCNT).
Namun umur panjang dan kesehatan saat menua di antara binatang yang dikloning menggunakan teknik SCNT sejak lama menjadi perdebatan. Domba Dolly menjalani perawatan osteoarthritis beberapa kali menjelang kematiannya tahun 2003 pada usia relatif muda yakni 6,5 tahun.
Studi yang baru menunjukkan bahwa pada usia tujuh sampai sembilan tahun (sekitar 60 sampai 70 tahun pada manusia) domba-domba hasil kloning tidak menunjukkan efek gangguan kesehatan jangka panjang.
Selama 2015, domba-domba hasil kloning tersebut menjalani serangkaian penilaian komprehensif untuk penyakit tidak menular seperti obesitas, hipertensi dan osteoarthritis, tiga penyakit utama yang biasa ditemukan pada populasi orang lanjut usia menurut para peneliti.
Pemeriksaan radiologi pada semua sendi utama dilanjutkan dengan pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada lutut mereka, sendi merupakan bagian tubuh yang paling terdampak osteoarthritis pada Dolly.
Kesehatan mereka dibandingkan dengan sekelompok domba berusia enam tahun hasil kembang biak alami pada kondisi serupa di Universitas Nottingham.
"Domba hasil perkembangbiakan alami bisa hidup 10 tahun lebih pastinya... Tapi ini seperti pada manusia. Manusia bisa hidup sampai umur 80an dan 90an atau bahkan 100an tahun lebih, tapi hanya sedikit yang seperti itu," kata Sinclair, salah satu penulis hasil studi itu.
Salah satu yang menjadi perhatian adalah bahwa pada masa-masa awal keturunan domba hasil kloning menua sebelum waktunya dan Dolly didiagnosis osteoarthritis pada usia sekitar lima tahun, jadi ini jelas area yang relevan untuk diteliti, kata Sinclair.
Meski usianya lanjut, domba-domba hasil kloning, termasuk empat "saudari" Dolly, tidak menunjukkan tanda-tanda diabetes, tekanan darah tinggi atau penyakit sendi degeneratif.
Meski beberapa binatang menunjukkan tanda-tanda osteoarthritis ringan namun tidak ada yang pincang dan tidak ada yang membutuhkan perawatan osteoarthritis menurut hasil studi yang dikutip kantor berita Xinhua.