"Dibanding desa wisata lain, Kedungbenda merupakan satu-satunya wisata yang menjual paket menyusuri sungai menggunakan perahu. Saat ini, Dinbudparpora telah membantu dua perahu kayu beserta mesinnya serta peralatan pelampung," katanya di Purbalingga, Selasa.
Menurut dia, kunjungan wisatawan ke Desa Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon, sudah mulai meningkat setiap Sabtu dan Minggu.
Oleh karena itu, pihaknya terus memberikan pembinaan bagi pengelola agar memahami Sapta Pesona Sadar Wisata agar bisa melayani wisatawan dengan baik dan ramah.
Selain wisata susur Sungai Klawing, kata dia, wisatawan yang mengunjungi Desa Kedungbenda juga bisa menikmati udara sejuk di bawah rindang pohon bambu di tepi sungai serta melihat aktivitas kampung nelayan.
"Wisatawan juga bisa membeli ikan khas Sungai Klawing dan ketupat khas Landan. Wisatawan juga bisa belajar seni gamelan atau melihat peninggalan zaman purba Lingga Yoni," katanya.
Salah seorang pegiat wisata Desa Kedungbenda, Adri, mengatakan bahwa Congot yang merupakan tempat pertemuan arus Sungai Klawing dari Purbalingga dan arus Sungai Serayu dari Banjarnegara semakin menambah daya tarik wisata susur sungai.
Dia mengatakan warga Kedungbenda yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pesona Linggamas kini tengah membenahi Congot sebagai salah satu daya tarik wisata.
"Untuk mencapai wilayah Congot, pengunjung memang bisa menggunakan jalan darat. Saat ini, warga telah melebarkan jalan tanah yang semula hanya jalan setapak," katanya.
Bagi wisatawan yang ingin menyusuri Sungai Klawing dari bawah Jembatan Linggamas menuju Congot, kata dia, cukup membayar Rp5.000 per orang. Mereka bisa menikmati sensasi menyusuri Sungai Klawing dan melihat kampung nelayan serta singgah di kebun pepaya.
Menurut dia, kunjungan wisatawan ke Desa Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon, sudah mulai meningkat setiap Sabtu dan Minggu.
Oleh karena itu, pihaknya terus memberikan pembinaan bagi pengelola agar memahami Sapta Pesona Sadar Wisata agar bisa melayani wisatawan dengan baik dan ramah.
Selain wisata susur Sungai Klawing, kata dia, wisatawan yang mengunjungi Desa Kedungbenda juga bisa menikmati udara sejuk di bawah rindang pohon bambu di tepi sungai serta melihat aktivitas kampung nelayan.
"Wisatawan juga bisa membeli ikan khas Sungai Klawing dan ketupat khas Landan. Wisatawan juga bisa belajar seni gamelan atau melihat peninggalan zaman purba Lingga Yoni," katanya.
Salah seorang pegiat wisata Desa Kedungbenda, Adri, mengatakan bahwa Congot yang merupakan tempat pertemuan arus Sungai Klawing dari Purbalingga dan arus Sungai Serayu dari Banjarnegara semakin menambah daya tarik wisata susur sungai.
Dia mengatakan warga Kedungbenda yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pesona Linggamas kini tengah membenahi Congot sebagai salah satu daya tarik wisata.
"Untuk mencapai wilayah Congot, pengunjung memang bisa menggunakan jalan darat. Saat ini, warga telah melebarkan jalan tanah yang semula hanya jalan setapak," katanya.
Bagi wisatawan yang ingin menyusuri Sungai Klawing dari bawah Jembatan Linggamas menuju Congot, kata dia, cukup membayar Rp5.000 per orang. Mereka bisa menikmati sensasi menyusuri Sungai Klawing dan melihat kampung nelayan serta singgah di kebun pepaya.