"Selain dengan Gapoktan, Bulog juga akan menggandeng Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA)," ujarnya di Pati, Senin.
Bahkan, lanjut dia, pekan ini Bulog akan membuat nota kesepakatan atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan KTNA.
Dalam menjalin kerja sama dengan Gapoktan, kata dia, syarat utamanya harus ada rekomendasi dari Dinas Pertanian setempat.
Nantinya, lanjut dia, Gapoktan bisa langsung menjual berasnya ke Bulog setelah ada perjanjian kerja sama.
Adanya kerja sama dengan KTNA dan Gapoktan, dia berharap, penyerapan beras dan gabah pada tahun ini bisa maksimal karena sebelumnya juga menjalin kerja sama dengan puluhan mitra.
Puluhan mitra Bulog Pati tersebut, tersebar di lima kabupaten, yakni Kabupaten Pati, Kudus, Jepara, Rembang dan Blora.
Ia mengaku optimistis adanya dukungan dari Gapoktan dan KTNA upaya penyerapan beras tahun ini bisa mencapai target, meskipun prakiraan cuaca pada tahun ini bakal mengalami musim kemarau panjang sehingga berpotensi menimbulkan kendala dalam penyerapan.
Target penyerapan beras dan gabah selama tahun 2016 sebanyak 97.000 ton.
Dari target sebanyak itu terdiri atas pengadaan lewat jalur beras pelayanan publik atau public service obligation (PSO) sebesar 80.000 ton dan jalur komersial sebesar 17.000 ton.
Target penyerapan beras dan gabah tahun 2016 tersebut, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 yang hanya 73.236 ton setara beras.
Realisasi penyerapan beras hingga Maret 2016, kata dia, sebanyak 7.500 ton setara beras, sedangkan beras yang tersimpan di gudang Bulog cukup hingga beberapa bulan mendatang.
Penyerapan beras tahun ini, Bulog masih mengacu pada harga pokok pembelian (HPP) beras tahun 2015.
Berdasarkan ketentuan tersebut, harga pembelian beras dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 14 persen, butir patah maksimum 20 persen, kadar menir maksimum 2 persen dan derajat sosoh minimum 95 persen sebesar Rp7.300 per kilogramnya di gudang Perum Bulog.
Bahkan, lanjut dia, pekan ini Bulog akan membuat nota kesepakatan atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan KTNA.
Dalam menjalin kerja sama dengan Gapoktan, kata dia, syarat utamanya harus ada rekomendasi dari Dinas Pertanian setempat.
Nantinya, lanjut dia, Gapoktan bisa langsung menjual berasnya ke Bulog setelah ada perjanjian kerja sama.
Adanya kerja sama dengan KTNA dan Gapoktan, dia berharap, penyerapan beras dan gabah pada tahun ini bisa maksimal karena sebelumnya juga menjalin kerja sama dengan puluhan mitra.
Puluhan mitra Bulog Pati tersebut, tersebar di lima kabupaten, yakni Kabupaten Pati, Kudus, Jepara, Rembang dan Blora.
Ia mengaku optimistis adanya dukungan dari Gapoktan dan KTNA upaya penyerapan beras tahun ini bisa mencapai target, meskipun prakiraan cuaca pada tahun ini bakal mengalami musim kemarau panjang sehingga berpotensi menimbulkan kendala dalam penyerapan.
Target penyerapan beras dan gabah selama tahun 2016 sebanyak 97.000 ton.
Dari target sebanyak itu terdiri atas pengadaan lewat jalur beras pelayanan publik atau public service obligation (PSO) sebesar 80.000 ton dan jalur komersial sebesar 17.000 ton.
Target penyerapan beras dan gabah tahun 2016 tersebut, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 yang hanya 73.236 ton setara beras.
Realisasi penyerapan beras hingga Maret 2016, kata dia, sebanyak 7.500 ton setara beras, sedangkan beras yang tersimpan di gudang Bulog cukup hingga beberapa bulan mendatang.
Penyerapan beras tahun ini, Bulog masih mengacu pada harga pokok pembelian (HPP) beras tahun 2015.
Berdasarkan ketentuan tersebut, harga pembelian beras dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 14 persen, butir patah maksimum 20 persen, kadar menir maksimum 2 persen dan derajat sosoh minimum 95 persen sebesar Rp7.300 per kilogramnya di gudang Perum Bulog.