Penundaan itu dikarenakan anggaran yang tersedia tidak mencukupi untuk merealisasikan rencana tersebut, kata Kepala Dinas Tata Ruang Kota (DTRK) Pemkot Surakarta Agus Djoko Witiarso kepada wartawan di Solo, Senin.

"Ya semula kami ingin menyusun empat DED sebagai persiapan revitalisasi empat BCB, yakni Loji Gandrung, Masjid Al Wustho, Dalem Joyokusuman dan bunker Balai Kota. Tapi karena keterbatasan anggaran, hanya satu DED saja yang bisa disusun yaitu DED revitalisasi Loji Gandrung," katanya.

Ia mengatakan pembuatan desain revitalisasi itu dialokasikan Rp350 juta dalam APBD 2016. Adapun ketiga DED lain awalnya diprediksi membutuhkan dana sekitar Rp300 juta untuk Masjid Al Wustho, Rp300 juta untuk Dalem Joyokusuman serta Rp150 juta untuk bunker.

"Tapi karena hanya satu proyek yang dianggarkan, terpaksa yang lain harus menunggu ketersediaan anggaran," kata Agus.

Ia menerangkan, pihaknya sengaja mendahulukan revitalisasi Loji Gandrung yang merupakan rumah kuno dibangun dijaman kolonial Belanda, sekarang dijadikan rumah dinas walikota, dibanding tiga BCB lainnya.

"Dari segi arsitektur, nilai bangunannya lebih tinggi dibanding tiga BCB lain. DED dibutuhkan untuk menganalisa kondisi bangunan, sehingga bisa menentukan seperti apa perbaikan dilakukan berikut biaya yang dibutuhkan," katanya.

Ia mengatakan dengan disusunnya desain revitalisasi pada tahun ini maka perbaikan Loji Gandrung diharapkan bisa dimulai pada 2017.

"Kami berharap, revitalisasi Loji Gandrung nantinya tidak dibatasi waktu, mengingat karakteristik BCB berbeda dengan bangunan baru atau bangunan lainnya. BCB butuh perlakuan khusus. Tapi bukan berarti kami mengesampingkan aturan terkait tenggat pekerjaan," katanya.

Pewarta : Joko Widodo
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024