"Bantuan sosial berupa stimulan itu diberikan kepada keluarga yang belum memiliki jamban dan selama ini melakukan aktivitas buang air besar di sungai," kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah Yulianto Prabowo di Semarang, Kamis.

         Ia mengungkapkan bahwa kebiasaan masyarakat buang air besar di sungai itu banyak ditemukan di pedesaan.

         Menurut dia, kebiasaan buang air besar di sungai itu bukan karena masyarakat tidak mampu membangun jamban, tapi karena sudah menjadi kebiasaan yang sudah turun temurun dan berlangsung sejak lama.

         "Pendekatan yang kami lakukan sebenarnya bukan hanya memberi jamban, tapi juga memberikan promosi kesehatan dengan target pola hidup sehat," ujarnya.

         Ia menjelaskan bahwa pihaknya akan meluncurkan program 1.000 unit jamban di Jateng pada akhir tahun ini yang anggarannya diperoleh dari APBD Perubahan 2015.

         "Tahun ini 1.000 jamban, kemudian pada Juni-Juli 2016 akan dibangun 2.000 unit jamban di Jateng," tuturnya.

         Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan Dinas Kesehatan, jumlah jamban yang akan dibangun tersebut sebenarnya di Jateng masih jauh dari kebutuhan yang mencapai 1,6 juta unit jamban, sehingga membutuhkan bantuan dari berbagai pihak.

         "Jumlah masyarakat di Jateng yang belum punya akses jamban sekitar 22 persen dari total jumlah rumah tangga dan masih jauh dari jumlah kebutuhan jamban sekitar 1,6 juta," ucapnya.

Pewarta : Wisnu Adhi Nugroho
Editor : Immanuel Citra Senjaya
Copyright © ANTARA 2024