Menurut dia, pendekatan soft power bisa dilakukan dengan memberikan pemahaman tentang ajaran agama yang benar, termasuk tentang hakikat jihad di dalam Islam.

"Di sini lah tugas ulama dan para imam masjid sangat dibutuhkan," kata politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan bahwa aksi terorisme yang mengatasnamakan Islam berawal dari sebuah pemahaman yang salah tentang jihad. Bahkan, jihad dijadikan sebagai paham yang melahirkan sikap puritan.

Menurut Maman, setidaknya ada empat ciri sikap puritan, yakni tidak toleran terhadap perbedaan; cenderung berpikir literalis dan mengabaikan aspek lokal dan sejarah; memilih jalan kekerasan dan kebencian daripada dialog dan persaudaraan; bersikap picik dan eksklusif.

"Puritanisme secara perlahan tapi pasti akan menumbuhkan radikalisme yang pada akhirnya memunculkan terorisme," kata pengasuh Pondok Pesantren Al Mizan, Majalengka, Jawa Barat itu.

Kiai muda itu mendukung langkah Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) merangkul ulama dan khatib dalam pencegahan terorisme dan kekerasan.

"Perlu ada kampanye pencegahan paham kekerasan dan terorisme melalui melalui materi khotbah. Caranya ya seperti yang dilakukan BNPT dengan mendatangi dan memberi pemahaman yang benar kepada para kiai," kata dia.

Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Persaudaran Imam Masjid (IPIM) KH Ali Mustafa Yakub mengatakan saat ini umat sedang diadu, masjid sering digunakan untuk memecah belah umat.

"Karena itu, IPIM hadir untuk mengakhiri tren pengajaran agama yang kerap menyisipkan ajakan kekerasan dan permusuhan tersebut," kata Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Sementara itu, BNPT menggelar Workshop Dahun Damai di Dunia Maya dan Dialog Pencegahan Terorisme dan ISIS di Banda Aceh pada 29-30 September.

Dalam kegiatan ini, BNPT menggandeng Indonesia Backtrack Team (IBT), Ikatan Imam Masjid se-Provinsi Aceh, dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Aceh.

Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024