Seorang pengrajin Sanggar Wayang Wawan, Hernot Sarwani (50) warga RT 03/RW 05 Sondakan Laweyan Solo, Senin, mengatakan dampak kurangnya tenaga kerja yang mempunyai keahlian sungging hasilnya belum mampu memenuhi kebutuhan pasar.

Menurut Hernot Sarwani, dirinya dibantu tiga orang tenaga kerja belum mampu memenuhi pesanan yang rata-rata mencapai 10 hingga 15 biji berbagai tokoh pewayangan per bulan.

Dia menjelaskan kerajinan wayang kulit tersebut sangat rumit dan perlu ketelitian mulai dari menatah bahan baku kulit dari hewan kerbau yang memerlukan waktu hingga lima hari dan kemudian memberikan warna tidak selesai empat hari.

"Kami dengan dibantu tiga tenaga kerja paling rata-rata mampu memproduksi delapan hingga 10 wayang per bulan. Hal ini, juga masih tergantung kemauan tenaga kerja apakah bisa menyelesaikan tepat waktu," kata Hernot yang mengaku menekuni kerajinan wayang kulit ini sejak 1990 hingga sekarang.

Menurut dia, bahan baku kulit hewan kerbau dan tanduknya persediaan masih cukup dan tidak terpengaruh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Karena, bahan baku semuanya ada di dalam negeri dan harga tetap stabil.

Harga kulit kerbau yang sudah diolah untuk bahan baku wayang kulit tetap stabil Rp1,5 juta per lembar, sedangkan untuk gagang wayang kulit dari tanduk atau sering disebut (gapit) Rp450 ribu per biji.

Menyinggung soal rumitnya membuat kerajinan wayang kulit, Hernot mengatakan harga kerajinan wayang kulit hingga sekarang harganya mahal karena selain bahan baku, juga cara memproduksi perlu keahlian khusus sehingga di Solo sangat langka pengrajin ini.

"Harga wayang kulit mahal karena cat warna kuning emas ada yang menggunakan emas asli sehingga ditawarkan hingga Rp5 juta per wayang, sedangkan paling murah Rp800 ribu per wayang," katanya.

Menyinggung soal pelanggan wayang kulit selama ini, Hernot menjelaskan datang dari para dalang dan kolektor dari berbagai daerah di Indonesia.

Bahkan, pelanggan wisatawan dari luar negeri juga ada untuk cendera mata seperti Australia dan Amerika Serikat. Namun, pihaknya tidak semua pesanan bisa dipenuhi karena sulitnya mencari tenaga kerja.

"Tenaga kerja sulit membuat wayang sulit sulit sehingga produksi terbatas," katanya.

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024