Ketua Karang Taruna Desa Tawangsari, Kecamatan Tembarak, Taufiqul Hakim di Temanggung, Senin, mengatakan pelatihan ini untuk memberdayakan pemuda desa yang selama ini belum bekerja bekerja atau hanya belajar agama di pesantren.
"Pesertanya kebanyakan lulusan SMP dan sekarang 'nganggur'. Kalau mencari pekerjaan, ijazah mereka tersaingi," kata Hakim yang juga guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) Tawangsari.
Ia mengatakan, modal budi daya jamur tiram tergolong murah dan bisa dijangkau. Kegiatan ini menghabiskan Rp2 juta untuk melatih 40 pemuda.
"Dana tersebut berasal dari desa Rp1 juta, dari tim KKN Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang Rp700.000, dan dari kas karang taruna Rp300.000. Karena dorongan dari desa untuk membuka peluang usaha di sini, kegiatan ini dapat terlaksana," katanya.
Ia menuturkan untuk kebutuhan budi daya jamur tiram karang taruna telah menyiapkan, antara lain satu kuintal serbuk kayu, 10 kilogram bekatul, satu kilogram kapur, satu botol bibit jamur tiram, termometer, tempat media pembibitan (log), dan rak jamur.
"Sejumlah bahan yang kami siapkan tersebut akan menghasilkan 100 log, nantinya ditempatkan di rumah-rumah penduduk," katanya.
Siti Puji Lestari dari tim KKN UIN Walisongo mengatakan tim KKN memfasilitasi pelatihan tersebut dengan mendatangkan dosen biologi dari kampusnya.
"Kebetulan dosen kami Dr. Lianah mempunyai usaha budi daya jamur tiram sehingga kami mengundangnya sebagai narasumber untuk pelatihan ini," katanya.
Pelatihan ini diselenggarakan oleh empat elemen pemuda, yaitu tim KKN UIN Walisongo Semarang, Karang Taruna Desa Tawangsari, Ikatan Pemuda Nahdlatul Ulama (IPNU), dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).
Menurut dia pelatihan yang berlangsung selama dua hari itu dengan materi pengenalan alat dan bahan, penyiapan media pembibitan, proses pembibitan, masa menunggu, dan pemanenan.
"Kami ikut serta bukan hanya dalam pelatihan ini saja. Kami juga akan ikut serta hingga proses pemanenan nanti," katanya.
"Pesertanya kebanyakan lulusan SMP dan sekarang 'nganggur'. Kalau mencari pekerjaan, ijazah mereka tersaingi," kata Hakim yang juga guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) Tawangsari.
Ia mengatakan, modal budi daya jamur tiram tergolong murah dan bisa dijangkau. Kegiatan ini menghabiskan Rp2 juta untuk melatih 40 pemuda.
"Dana tersebut berasal dari desa Rp1 juta, dari tim KKN Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang Rp700.000, dan dari kas karang taruna Rp300.000. Karena dorongan dari desa untuk membuka peluang usaha di sini, kegiatan ini dapat terlaksana," katanya.
Ia menuturkan untuk kebutuhan budi daya jamur tiram karang taruna telah menyiapkan, antara lain satu kuintal serbuk kayu, 10 kilogram bekatul, satu kilogram kapur, satu botol bibit jamur tiram, termometer, tempat media pembibitan (log), dan rak jamur.
"Sejumlah bahan yang kami siapkan tersebut akan menghasilkan 100 log, nantinya ditempatkan di rumah-rumah penduduk," katanya.
Siti Puji Lestari dari tim KKN UIN Walisongo mengatakan tim KKN memfasilitasi pelatihan tersebut dengan mendatangkan dosen biologi dari kampusnya.
"Kebetulan dosen kami Dr. Lianah mempunyai usaha budi daya jamur tiram sehingga kami mengundangnya sebagai narasumber untuk pelatihan ini," katanya.
Pelatihan ini diselenggarakan oleh empat elemen pemuda, yaitu tim KKN UIN Walisongo Semarang, Karang Taruna Desa Tawangsari, Ikatan Pemuda Nahdlatul Ulama (IPNU), dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).
Menurut dia pelatihan yang berlangsung selama dua hari itu dengan materi pengenalan alat dan bahan, penyiapan media pembibitan, proses pembibitan, masa menunggu, dan pemanenan.
"Kami ikut serta bukan hanya dalam pelatihan ini saja. Kami juga akan ikut serta hingga proses pemanenan nanti," katanya.