"Hingga saat ini di daerah pantai utara maupun selatan Jateng sudah ada 48 SPBN, tetapi kami menilai jumlah tersebut masih kurang," kata Wakil Ketua HNSI Jateng, Ali Mulyono di Semarang, Selasa.

Pihaknya berharap SPBN bisa dibangun berdekatan dengan tempat pelelangan ikan (TPI) di setiap kabupaten-kota. Dengan demikian, nelayan tidak kerepotan mencari bahan bakar sampai harus menempuh jarak jauh.

Sebagai contoh, di Kabupaten Batang masih ada nelayan yang harus menempuh jarak hampir 10 km untuk memperoleh bahan bakar di SPBN.
Menurutnya, para nelayan yang tinggal jauh dari SPBN tersebut memilih untuk menempuh perjalanan lama karena jika harus membeli di sekitarnya harga bahan bakar sudah berbeda dan selisih harganya cukup besar.

"Kalau beli bahan bakar di sekitar saja memang ada tetapi selisih harganya antara Rp1.000-2.000 per liter. Bagi nelayan selisih harga tersebut sangat berat, apalagi setiap kapal dengan ukuran 5-10 gross ton (GT) yang berangkat pagi dan pulang sore membutuhkan bahan bakar 20-25 liter," katanya.

Menurutnya, jika harus menempuh jarak jauh untuk sampai di SPBN terdekat, mau tidak mau nelayan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk ongkos transportasi menuju ke SPBN tersebut.

Sementara itu, nelayan juga tidak bisa membeli di SPBU karena terkendala oleh larangan membeli bensin dengan menggunakan jerigen. Padahal, pembelian hanya bisa menggunakan jerigen baru selanjutnya diisikan ke mesin disel kapal.

Oleh karena itu, pihaknya berharap agar pemerintah bisa segera menambah jumlah SPBN di Jateng khususnya pantura yang jumlah nelayannya lebih banyak dibandingkan kawasan lain.

Pihaknya berharap jika jumlah SPBN ditambah maka jumlah produksi ikan yang berhasil ditangkap oleh para nelayan bisa meningkat. Dengan demikian kesejahteraan para nelayan juga akan meningkat.

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024