"Penguatan dolar AS berdampak pada semakin tingginya ongkos produksi industri dalam negeri, di sisi lain industri juga harus membayar ribuan tenaga kerja," kata Ketua Apindo Jateng Frans Kongi di Semarang, Minggu.

Menurutnya, jika pelemahan rupiah terus terjadi maka pengusaha akan kesulitan membayar para tenaga kerja, dengan demikian kondisi tersebut bisa berdampak pada pemecatan tenaga kerja.

"Jangan diartikan penguatan dolar ini lantas membuat sektor industri bahkan yang pangsa pasarnya ekspor menikmati omzet yang lebih besar," katanya.

Diakuinya, jika pelemahan mata uang rupiah terus terjadi maka akan berakibat pada kerugian yang semakin besar bagi sektor industri. Kondisi tersebut tidak lepas dari besarnya ketergantungan industri lokal terhadap bahan baku impor.

"Beberapa bahan baku untuk industri dalam negeri yang masih diimpor di antaranya besi, baja, dan bahan baku untuk tekstil," katanya.

Bahkan, dalam satu produksi, 60-70 persen bahan baku yang digunakan masih harus impor. Selain bahan baku, menurutnya mesin-mesin pabrikan pun juga harus didatangkan dari luar negeri.

Oleh karena itu, pihaknya berharap ada upaya dari pemerintah untuk segera menstabilkan kondisi rupiah seperti yang terjadi beberapa bulan lalu, yaitu di kisaran Rp11 ribu-12ribu.

"Paling tidak kondisi rupiah tidak lagi fluktuatif karena ini akan sangat meresahkan bagi para pengusaha terutama yang produksinya masih tergantung dengan negara asing," katanya.

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024