Salah satu pengrajin akar wangi asal Desa Semin, Gunung Kidul Wonogiri, Agus (47), di Solo, Senin, mengatakan, akar wangi tersebut tanaman rumput yang mempunyai aroma khas yang harum, dan zaman dahulu sebagai pengharum almari penyimpan pakain tau barang-barang penting, seperti batik dan keris.
Menurut Agus, akar wangi tersebut dapat untuk mengusir rengat dan kecoak, sehingga pakain yang tarsimpan di almari tetap awet dan harum.
Bahkan, akar wangi yang banyak tumbuh di Gunung Kidul Wonogiri tersebut sekarang banyak digunakan untuk aromaterapi di ruangan.
Oleh karena itu, sejumlah pengrajin asal Gunung Kidul Wonogiri dengan memnafaatkan bahan baku akar wangi untuk dibuat kerajinan berbentuk binatang sepertri kuda, kura-kura, gajah, buaya, dan kipas yang kini banyak dijual di berbagai daerah.
"Kerajinan akar wangi berbentuk berbagai jenis binatang selain untuk hiasan, juga dapat sebagai aromaterapi di ruangan," kata Agus yang membuka dasar dagangan hasil produksinya di kawasan Keraton Kasunanan Surakarta.
Menurut Agus, jumlah pengrajin akar wangi di Gunung Kidul sekitar seribuan orang, dan produksinya sudah sampai berbagai daerah seperti Sulawesi, Maluku, Aceh dan Pulau Jawa.
"Saya mampu memproduksi berbagai jenis binatang yang terbuat dari bahan akar wangi mencapai 20 jenis per hari. Zaman dahulu masyarakat menggunakan akar wangi masih bentuk akar yang sudah dikeringkan sebelum secara tradisional," katanya.
Menurut dia, hasil produk dari bahan akan wangi tersebut dijual antara Rp8.000 per buah hingga Rp30 ribu per buah, tergantung jenis dan besar kecil bentuk binatang.
"Kerajinan akar wangi ini, tidak hanya wisatawan lokal yang membeli, tetapi turis dari luar negeri banyak yang membeli hasil produknya untuk dibawa ke negaranya," kata Agus.
Menurut Agus, dirinya menekuni membuat kerajinan bahan akar wangi khas Gunung Kidul tersebutb sejak 1997 hingga sekarang. Omzet penjualan lumayan di tempat objek wisata sekitar Rp200 ribu per hari
Yatno (40) pengrajin lainnya, mengatakan, kebanyakan pengrajin asal Gunung Kidul memproduksi banyak akar wangi dibawa ke Sulawesi, Maluku, Aceh, sejumlah daerah di Jawa.
"Mereka tetap eksis bertahan dengan membuat berbagai kerajinan dari bahan akar wangi hingga sekarang," kata Yatno.
Menurut Agus, akar wangi tersebut dapat untuk mengusir rengat dan kecoak, sehingga pakain yang tarsimpan di almari tetap awet dan harum.
Bahkan, akar wangi yang banyak tumbuh di Gunung Kidul Wonogiri tersebut sekarang banyak digunakan untuk aromaterapi di ruangan.
Oleh karena itu, sejumlah pengrajin asal Gunung Kidul Wonogiri dengan memnafaatkan bahan baku akar wangi untuk dibuat kerajinan berbentuk binatang sepertri kuda, kura-kura, gajah, buaya, dan kipas yang kini banyak dijual di berbagai daerah.
"Kerajinan akar wangi berbentuk berbagai jenis binatang selain untuk hiasan, juga dapat sebagai aromaterapi di ruangan," kata Agus yang membuka dasar dagangan hasil produksinya di kawasan Keraton Kasunanan Surakarta.
Menurut Agus, jumlah pengrajin akar wangi di Gunung Kidul sekitar seribuan orang, dan produksinya sudah sampai berbagai daerah seperti Sulawesi, Maluku, Aceh dan Pulau Jawa.
"Saya mampu memproduksi berbagai jenis binatang yang terbuat dari bahan akar wangi mencapai 20 jenis per hari. Zaman dahulu masyarakat menggunakan akar wangi masih bentuk akar yang sudah dikeringkan sebelum secara tradisional," katanya.
Menurut dia, hasil produk dari bahan akan wangi tersebut dijual antara Rp8.000 per buah hingga Rp30 ribu per buah, tergantung jenis dan besar kecil bentuk binatang.
"Kerajinan akar wangi ini, tidak hanya wisatawan lokal yang membeli, tetapi turis dari luar negeri banyak yang membeli hasil produknya untuk dibawa ke negaranya," kata Agus.
Menurut Agus, dirinya menekuni membuat kerajinan bahan akar wangi khas Gunung Kidul tersebutb sejak 1997 hingga sekarang. Omzet penjualan lumayan di tempat objek wisata sekitar Rp200 ribu per hari
Yatno (40) pengrajin lainnya, mengatakan, kebanyakan pengrajin asal Gunung Kidul memproduksi banyak akar wangi dibawa ke Sulawesi, Maluku, Aceh, sejumlah daerah di Jawa.
"Mereka tetap eksis bertahan dengan membuat berbagai kerajinan dari bahan akar wangi hingga sekarang," kata Yatno.