"Kalau mau operasi pasar seharusnya ini saat yang tepat, sebelum beras dari luar daerah masuk ke Jawa Tengah," katanya di Semarang, Selasa.

Menurutnya, jika sampai beras dari luar daerah masuk ke Jawa Tengah maka yang terjadi pada panen raya Maret mendatang stok beras akan melimpah sehingga bisa berdampak buruk pada harga dan berujung pada kerugian petani.

"Mengenai kondisi tersebut pada hari ini kami akan melakukan rapat salah satunya dengan Bulog Jateng, kalaupun harus melakukan operasi pasar maka lakukan secara serius," katanya.

Menurutnya, jika pelaksanaan operasi pasar dilakukan dalam lingkup kecil maka tidak akan mengubah harga secara signifikan.

"Bagaimanapun juga, harga beras maupun komoditas lain di Jateng dipengaruhi oleh pasar Induk Jakarta salah satunya Pasar Kramat Jati. Oleh karena itu, pengaruhnya lebih merata," katanya.

Selain itu, pihaknya juga berharap agar penyaluran raskin maupun pembelian beras bisa menjadi alternatif untuk menjaga stok beras sehingga stabilitas harga bisa lebih terjaga.

Meski demikian, hal tersebut harus dipastikan sistem dan penyalurannya karena berpotensi memberikan ruang bagi spekulan untuk terlibat sekaligus merugikan masyarakat baik itu petani maupun pembeli.

Sementara itu, pihaknya juga tidak memungkiri kemungkinan terjadinya penimbunan beras yang dilakukan oleh sejumlah oknum mengingat kenaikan harga beras pada saat ini termasuk ekstrem.

"Harga beras sampai saat ini mencapai Rp12 ribu/kg, padahal harga gabah tetap murah. Meski demikian sebelum dilakukan pengecekan di lapangan saya tidak mau berspekulasi apapun," katanya.

Pengecekan sendiri tidak hanya akan dilakukan ke pasar tetapi juga ke level kabupaten/kota yaitu di gudang-gudang resmi Bulog maupun gudang milik pengusaha.

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024