"Kanker payudara tidak pandang usia, dulu trennya 40 tahun ke atas hingga usia menuju menopause, tetapi belakangan ini pasien kanker payudara di Indonesia berusia jauh lebih muda. Semakin lama semakin muda," ujarnya di Jakarta, Jumat.

Kendati demikian, dr. Alfiah mengatakan, hingga kini belum diketahui penyebab utama kanker ini. (Baca juga: Nyaris semua kanker payudara tidak timbulkan nyeri)

Menurut dia, sementara ini para dokter masih mengaitkan penyebab kanker payudara, sekitar 5--10 persennya berasal dari faktor genetika.

"Penyebab utamanya masih belum bisa diketahui. Tetapi sementara ini, 5--10 persen terjadinya kanker payudara dihubungkan dengan genetika. Semakin muda seseorang kena kanker payudara kita akan curiga gennya," kata dia.

Sementara itu, lanjut dr. Alfiah, 90--95 persen sisanya dikaitkan dengan gaya hidup yang tak sehat seperti kebiasaan merokok, mengonsumsi makanan mengandung MSG, makanan kalengan dan instan. (Baca juga: Kanker payudara penyebab kematian tertinggi wanita)

Penyebab lainnya, lanjut dia, bisa saja stres, depresi atau penyakit lain yang memicu terjadinya kanker payudara seperti penyakit kencing manis.

Namun, dr. Alfiah mencatat, mengaplikasikan gaya hidup sehat bukan jaminan seorang perempuan terbebas dari risiko menderita kanker payudara.

Ia menemukan salah seorang pasiennya yang berusia 20 tahun dan diketahui merupakan vegetarian terdiagnosis kanker payudara. (Baca juga: Lakukan lima hal untuk peduli kanker payudara)

1. Ketahui berbagai fakta Sementara kita tahu lebih banyak tentang kanker payudara setiap tahunnya, diperkirakan satu dari delapan perempuan yang hidup hingga 95 tahun akan didiagnosis terkena penyakit ini.

Kanker payudara adalah kanker yang paling umum di antara perempuaan di Amerika, dengan lebih dari 230 ribu diagnosa baru di Amerika setiap tahunnya. Diperkirakan 40 ribu perempuan Amerika meninggal karena penyakit ini.

2. Ingat laki-laki juga bisa terdiagnosis kanker payudara Diperkirakan satu dari seribu laki-laki akan terdiagnosis kanker payudara. Pria kerap tidak percaya bahwa benjolan yang ada di payudara mereka bisa menjadi kanker, sehingga seringkali menunda untuk memeriksakannya.

Untuk mengatasi hal itu, beberapa pria yang terdiagnosis kanker payudara muncul untuk meningkatkan kesadaran semua pihak. Sebuah dokumenter berjudul "Times Like These" atau saat-saat seperti ini menggambarkan para lelaki yang menyandang penyakit ini dan berbagai cerita tentang pengalaman mereka.

3. Jadilah penyumbang cerdas Mencari tahu asal usul yayasan atau badan amal yang menangani kanker payudara perlu dilakukan sebelum menyumbang sejumlah uang kepada yayasan tersebut. Selain itu, pastikan bahwa misi yayasan tersebut sejalan dengan tujuan yang ingin anda capai.

Apakah tujuan anda menyumbang untuk penelitian lebih lanjut untuk penyembuhan, atau untuk mendukung perempuan dan keluarga yang terdiagnosis penyakit ini? Berapa banyak dana yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. Kroscek pada beberapa situs seperti Charity Watch dan Charity Navigator untuk informasi lebih lanjut.

4. #BerfikirSebelumNgepink Banyak godaan untuk mendukung kampanye kanker payudara yang dilakukan perusahaan-perusahaan dengan menjual barang-barang bermerek. Waspadalah bahwa beberapa dari mereka berjalan tapi tidak berbicara.

Perusahaan fracking Baker Huges baru-baru ini bermitra dengan Susan G. Komen untuk menjual seribu bor merah muda untuk mengingatkan betapa pentingnya mendukung riset, pengobatan dan pendidikan untuk menemukan obat dari penyakit ini, namun perusahaan tersebut gagal untuk mengakui adanya hubungan antara fracking dan kanker.

Selain itu, sebuah laporan menyatakan bahwa "Pink October" yang digagas NFL tidak lagi mengumpulkan dana untuk riset kanker payudara. Jadi, jika anda berfikir untuk mendukung kampanye sebuah perusahaan, tinjau berapa banyak anggaran yang anda berikan untuk mendekatkan riset pada penemuan obat kanker payudara yang dapat menyembuhkan.

5. Kenali kesehatan payudara sendiri Dr. Nancy Lin, seorang onkologi dan peneliti kanker payudara mendorong para perempuan untuk mengetahui sejarah keluarga yang berkaitan dengan kanker payudara dan ovarium.

Informasi lainnya, seperti kepadatan payudara dan memeriksakan faktor genetik, sehingga dapat mencegah dan mengobati kanker payudara. Baik Lin maupun panelis lain Samantha Harris, dalam sebuah televisi, menekankan pentingnya pemeriksaan terhadap diri sendiri terlebih jika merasa ada yang tidak beres dengan kondisi payudara. Harris menemui tiga dokter berbeda sebelum terdiagnosis kanker payudara.

"Kamu mengetahui tubuhmu sendiri lebih baik dari dokter manapun. Percayalah pada penilaianmu dan tubuhmu," kata Harris.

Pewarta : Antaranews
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024