Lelaki berpakaian adat Jawa yang memainkan peran sebagai dalang dalam membawakan acara Pesta Perak Stasi Lor Senowo dengan simbol keguyuban mereka dalam wujud bangunan terbuka bernama Gubug Selo Merapi (GSPi) itu, panjang lebar melalui suluknya mengatakan tentang kabar pada Senin (20/10) akan dilantik Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai pasangan Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2014-2019.

"'Negara kita badhe nggadhahi pemimpin enggal. Mangga kita manengku puja, mugi-mugi pemimpin enggal kita ndadosaken gesang sesarengan sabangsa lan nagari kita, saget maju, ayem, lan tenterem," katanya dalam bahasa Jawa.

Terjemahan bebasnya, "Indonesia segera memiliki pemimpin baru. Mari kita mendoakan semoga Jokowi-JK membawa kehidupan berbangsa dan bernegara semakin maju, tenteram, dan damai".

Kalimat berikutnya yang diucapkan Sang Dalang menyangkut pentingnya Jokowi-JK membawa seluruh masyarakat Indonesia untuk mempertahankan Pancasila dan UUD 1945 sebagai falsafah bangsa dan sumber dari segala perundang-undangan.

"Setuju?" katanya yang kemudian dijawab spontan oleh semua hadirin dengan teriakan, "Setuju!".

Tembang Jawa berjudul "Rama Kawula" (Bapa Kami) yang diiringi tabuhan gamelan oleh komunitas GSPi itu pun, kemudian dilantunkan penembang laki-laki Pristiwanto dan sinden Tutik Utama.

Syair tembang yang aslinya sebagai doa yang biasa diungkapkan pengikut Katolik itu, telah digubah ulang oleh Suhari dan diaransemen oleh Marjuki (almarhum), untuk dilantunkan dalam iringan gamelan "palaran". Mereka adalah bagian dari peguyuban GSPi.

Mereka yang hadir pada Sabtu (18/10) malam untuk perayaan tersebut, adalah warga dengan latar belakang lintas agama, termasuk jajaran pimpinan musyawarah Kecamatan Dukun dan sejumlah kepala desa di kawasan barat daya puncak Gunung Merapi di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.

Setiap orang yang hadir mengikuti tirakatan, membubuhkan tanda tangan di selembar "banner" warna putih dengan ukuran cukup besar, bertuliskan "Ngrembakakake Iman Kapitayan Kanggo Ngraketake Paseduluran" (Mengembangkan iman kepercayaan untuk mendekatkan persaudaraan).

Para tokoh desa kawasan Merapi yang berpidato secara bergantian pada intinya menebarkan pesan pentingnya masyarakat selalu memperkuat semangat persaudaraan dan perdamaian.

Kepala Desa Ngargomulyo Yatin mengemukakan perbedaan agama yang dianut oleh masyarakat kawasan setempat mewujudkan hidup bersama menjadi harmonis dan membuktikan keindahan keragaman Indonesia di daerah setempat.

"Inilah 'Indonesia kecil' ada di GSPi ini, masyarakat kumpul di sini. Dalilnya 'Bhinneka Tunggal Ika'," katanya.

Pembangunan gedung terbuka bernama GSPi di Dusun Grogol, Desa Mangunsoko, Kecamatan Dukun, dirintis oleh rohaniwan Katolik, Romo V. Kirjito, saat memimpin umat setempat selama beberapa tahun lalu, sedangkan peguyuban masyarakat tersebut kemudian membentuk kelompok bernama Edukasi Gubug Selo Merapi (E-GSPi).

Peguyuban masyarakat setempat sejak belasan tahun terakhir mengembangkan proses belajar bersama melalui jalan kesenian dan kebudayaan, termasuk melaksanakan program "live in", terutama untuk kalangan pelajar dari berbagai kota besar, dengan melibatkan warga umum di kawasan barat daya puncak Gunung Merapi.

Sekitar 100 tokoh warga, pemuka lintas agama, dan para pemimpin berbagai komunitas kesenian rakyat yang selama ini terlibat dalam kegiatan E-GSPi, pada rangkaian peringatan pesta perak selama dua hari (18-19 Oktober 2014), mendapat penghargaan berupa tropi berbahan batu Gunung Merapi dan hiasan berbentuk gunungan, karya pematung dari Dusun Ngampel, Desa Sengi, Kecamatan Dukun Ismanto.

Berbagai pentas kesenian tradisional memeriahkan perayaan yang juga untuk menyampaikan pesan akan hadirnya pemimpin baru RI hasil pemilu presiden beberapa waktu lalu itu, antara lain tarian rampak cakil, dagelan mataraman, kirab budaya, tarian leak turangga, topeng ireng, dan jatilan.

Kepala Gereja Paroki Sumber yang membawahi stasi Lor Senowo Romo Martoyoto mengapresiasi makin menguatkan semangat persaudaraan masyarakat umum di kawasan Gunung Merapi, dalam menjalani hidup bersama setiap hari.

Begitu juga dengan Sekretaris Kecamatan Dukun, Bambang Hermanto. Pada kesempatan pidatonya malam itu, ia juga mengungkapkan pesan pentingnya masyarakat menjaga hidup bersama dalam suasana persaudaraan dan kerukunan.

Pemimpin Padepokan Tjipto Boedojo Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Sitras Anjilin dalam pidato berbahasa Jawa juga mengungkapkan betapa kebersamaan dalam peguyuban GSPi selama ini, menjadikan setiap warga merasakan kedekatan hati.

Hal tersebut bisa menjadi teladan kebaikan untuk masyarakat lainnya, termasuk para pemimpin bangsa.

"'Kanthi raos katresnan, wonten ing papan punika, kita sami ngupadi kabahagian, kabahagian punika intining katresnan. Katresnan kepanggih wonten ing papan punika' (Melalui tempat ini, kita menemukan semangat cinta kasih, mencari kebahagiaan. Kebahagiaan adalah inti dari cinta kasih, red.)," katanya.

Peguyuban GSPi, katanya, menjadi tempat untuk berkumpul siapa saja dari berbagai latar belakang agama dan kepercayaan, menghapuskan kekhawatiran dan rasa takut, untuk selanjutnya menemukan semangat cinta kasih dan menebarkan kebahagiaan untuk semua orang.

Momentum kebudayaan malam itu, seolah menjadi kabar untuk pemimpin baru dan para elite Indonesia saat ini, betapa semangat hidup bersama dan membangun persaudaraan melalui peguyuban warga lereng barat daya Gunung Merapi, terus mereka bangun dan hidupi.

Mereka seakan-akan ingin mengatakan bahwa pemimpin baru itu lahir dari masyarakat, sedangkan kehadiran dan perannya juga karena beroleh amanah dari seluruh masyarakat Indonesia.

Maka, ketika Sang Dalang mengingatkan tugas pemimpin baru mengantarkan seluruh masyarakat Indonesia kepada kehidupan yang semakin maju dan dalam rengkuhan tenteram serta damai, warga lereng Gunung Merapi pun secara aklamasi menjawab, "Setuju!".

Pewarta : M Hari Atmoko
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025