Ia diduga ketakutan terkena razia telepon selular (HP) di sekolahnya pada Jumat sekitar pukul 09.30 WIB.

Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Pasar Minggu Ajun Komisaris Polisi Murgianto, di Jakarta, Jumat, mengatakan berdasarkan keterangan teman korban sebelumnya PPD berniat membantu temannya menyembunyikan telepon selular di belakang jendela.

"Karena takut akan ada operasi telepon selular dari pihak sekolah," kata Murgianto.

Mugianto mengungkapkan saksi ZR (12) yang merupakan siswa SMPN tersebut menyebutkan awalnya para pelajar melihat staf kesiswaan Ertha CH dan guru pendamping Suwarno naik ke lantai empat menuju kelas 7-D.

Melihat kedua guru itu naik ke lantai 4, para pelajar panik karena khawatir akan terjadi razia telepon selular.

"Kemudian korban merasa takut dan panik karena pada saat itu korban sedang meminjam telepon selular RZ," ujar Murgianto.

Kemudian PPD berusaha menyembunyikan telepon selular di belakang dinding tembok kelas dan korban melompat dari jendela hingga terjatuh ke lantai dasar.

Ertha dan Suwarno mengaku menuju lantai 4 untuk memantau aktifitas belajar yang memberlakukan kurikulum baru sudah sesuai atau tidak.

Sebelum masuk ke ruang kelas di lantai empat, Ertha menerima laporan ada siswa yang terjatuh dari jendela kelas 7-D ke lantai dasar.

Sementara itu, saksi Kepala SMPN 163 Suhadi Siswanto kepada polisi membantah pihak sekolah merazia telepon selular milik pelajar.

Suhadi menduga korban merasa khawatir akan ada razia sehingga berusaha menyembunyikan telepon selular milik temannya.

Murgianto menyatakan korban sempat mendapatkan perawatan ke Rumah Sakit Siaga Pejaten Barat selama 1,5 jam, namun meninggal dunia karena mengalami pendarahan pada bagian kepala dan hidung.

Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024