Solo (ANTARA) - Kolaborasi riset yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta dan tim peneliti dari Prodi Desain Mode Batik Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Seni Indonesia Surakarta (ISI Solo) mengangkat motif batik ciri khas lokal.
Dekan FSRD ISI Solo Dr. Ana Rosmiati di Solo, Jawa Tengah, Jumat mengatakan inisiatif kolaborasi tersebut untuk menggali dan memodernisasi warisan budaya lokal yang bernilai tinggi dengan menjadikan Kota Madiun sebagai sumber inspirasi utama dalam pengembangan motif batik kontemporer.
Penelitian kolaboratif ini menggandeng Dinas Perdagangan Kota Madiun dan bertujuan untuk menciptakan desain batik yang mengangkat identitas lokal sekaligus relevan dengan pasar modern.
Penelitian ini digagas dan dilaksanakan oleh enam dosen dari Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta dalam proses penelitian dan pengembangan desain motif batik berbasis identitas Kota Madiun.
Dalam pelaksanaannya, dikatakannya, kegiatan ini melibatkan sejumlah mahasiswa sebagai bagian dari tim pendukung yang berkontribusi dalam kegiatan observasi, dokumentasi, serta proses desain.
Selain Ana, dosen lain yang terlibat dalam kegiatan tersebut, yakni Dr. Dhian Lestari Hastuti, S.Sn., M.Sn., Dr. Aan Sudarwanto, S.Sn., M.Sn., Agung Cahyana, ST., M.Eng., Danang Priyanto, S.Tr.Sn., M.Sn., Danissa Dyah Oktaviani, S.Sn., M.Sn. Sedangkan tim mahasiswa, yakni Jagaddhita Putro Asmoro, Saifudin Aulya Akhsan, Jihan Hanifah, dan Dela Pita Sari.
Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu 10 April-8 Juli 2025 melalui serangkaian tahapan yang mencakup observasi lapangan, analisis data, perumusan konsep desain, hingga penyusunan motif batik kontemporer berbasis identitas lokal Kota Madiun.
“Fokus utama penelitian terletak pada transformasi elemen-elemen ikonik kota menjadi motif batik yang bernilai estetis dan ekonomis tinggi,” katanya.
Ia mengatakan selama tiga bulan tim peneliti melakukan observasi lapangan di berbagai lokasi strategis di Kota Madiun. Metodologi penelitian mencakup dokumentasi visual arsitektur dan ikon kota, analisis material tekstil lokal, serta pemetaan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam objek penelitian.
Sembilan lokasi utama yang menjadi titik observasi dalam penelitian ini meliputi Pabrik Gula Rojoagung, Pecel Yu Gembrot, Gedung Bosbow, Kantor Dinas Gubernur Jawa Timur, Jalan Pahlawan, Gedung Bakorwil Kota Madiun, Water Toren, Masjid Besar Kuno Taman, Masjid Kuncen, dan Rumah Kadipaten.
“Proses kreatif dilakukan melalui serangkaian diskusi dan workshop internal untuk merumuskan peta pola dasar yang diadaptasi dari elemen arsitektural, komposisi warna yang merepresentasikan karakter Madiun, penyederhanaan bentuk tanpa kehilangan makna aslinya, serta pengujian berbagai teknik pewarnaan alami,” katanya.
Sementara itu, sebanyak tujuh karya desain dengan judul Muncar Gebyaring Karta I, Muncar Gebyaring Karta II, Parang Padma Miguna, Pincuk Hanguwati, Sepur Jentrek, Mustikaning Kutho, dan Punjering Bawono resmi diperkenalkan sebagai bagian dari pengembangan karya seni berbasis budaya lokal. Ketujuh desain ini akan diproses lebih lanjut menjadi motif batik yang bernilai estetika tinggi dan diaplikasikan ke dalam produk busana siap pakai.
Peluncuran resmi motif batik hasil penelitian ini dilakukan pada 4 Juli 2025 dalam rangkaian acara Kriya Wastra Madiun Raya dan Halal Food Expo 2025 yang diselenggarakan oleh Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Kota Madiun di Sun City Mall.
Acara dihadiri dan dibuka secara langsung oleh Wali Kota Madiun Dr. Maidi yang juga turut memperkenalkan batik hasil kolaborasi antara Pemerintah Kota Madiun dan FSRD ISI Solo.
“Batik ini dirancang untuk merepresentasikan identitas khas Kota Madiun dan diharapkan dapat menjadi simbol baru kebanggaan daerah,” katanya.
Ia berharap proyek penelitian tersebut tidak hanya berhenti pada prototipe karya saja tetapi juga bisa diproduksi secara massal oleh industri batik lokal untuk peningkatan ekonomi kreatif Kota Madiun.
Terkait hal itu, Wali Kota Madiun Dr. Maidi mengatakan batik ini dirancang khusus untuk menunjukkan identitas dan ciri khas Madiun sehingga menjadi simbol kebanggaan daerah.
Kolaborasi antara akademisi dan pemerintah daerah ini diharapkan dapat menjadi model pengembangan produk berbasis kearifan lokal yang berkelanjutan, sekaligus memperkuat branding Kota Madiun sebagai salah satu destinasi wisata berbasis kreativitas di Jawa Timur.

