Solo (ANTARA) - Rotary Grup of Solo Area dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Surakarta mengajak siswi SMP di Solo menghindari pernikahan dini.
Salah satu pengurus Rotary Grup of Solo area sekaligus narasumber Febri Dipokusumo pada Edukasi Girls Empowerment di Solo, Jawa Tengah, Kamis mengajak para siswi memiliki konsep masa depan yang baik.
“Harus direncanakan masa depannya. Secara kesehatan reproduksi belum siap sehingga akan berpengaruh pada mental. Membuat emosi tidak stabil,” katanya.
Ia mengatakan faktanya setiap tahun ada jutaan anak perempuan yang menikah di usia belum genap 18 tahun. Akibatnya mereka harus putus sekolah dan tidak memiliki pilihan hidup.
“Fakta yang lain ketika menghadapi risiko karena pernikahan dini adalah anak lahir tidak normal, mereka mudah dapat kekerasan karena gampang dibohongi, dan akhirnya hidup dalam kemiskinan karena tidak paham ilmu,” katanya.
Oleh karena itu, sekolah dan pendidikan sangat penting sebagai bekal untuk masa depan.
Terkait kegiatan tersebut, Presiden Club of Rotary Solo Kartini Naomi Anik Widyati mengatakan Edukasi Girls Empowerment dilakukan sesuai dengan target Kota Solo.
“Awalnya kami tidak berpikir bahwa pernikahan anak masih ada di Solo, kami lihat di permukaan itu merasa tidak mungkin lalu kami dapat data DP3AP2KB ternyata masih ada praktik pernikahan anak,” katanya.
Meski demikian, komunitasnya tidak bisa menjangkau seluruh siswa SMP yang ada di Solo.
Pada kegiatan itu, pihaknya mengundang sebanyak 100 siswi dan guru SMP. Ia berharap para peserta bisa paham dan menyebarkan materi yang didapat supaya pernikahan dini dapat dicegah.
Wakil Wali Kota Surakarta Astrid Widayani mengatakan kegiatan tersebut merupakan langkah nyata memberdayakan perempuan muda agar mendapatkan bekal cukup untuk menuju masa depan.
“Harapannya agar generasi muda memiliki kesadaran dan keterampilan memadai sehingga dapat menghindari risiko pernikahan dini. Pernikahan dini sampai dengan saat ini masih jadi tantangan di berbagai daerah, karena menghambat pendidikan serta risiko kesehatan dan sosial,” katanya.
Oleh karena itu, ia meminta para pelajar untuk mengutamakan pendidikan dan kesehatan sebagai bekal masa depan.
“Melalui kegiatan ini, para pelajar juga diajak mencintai budaya Indonesia, memperkuat jati diri, santun, anggun, dan tangguh. Ini juga bagian dari membangun kota yang inklusif dan ramah pada perempuan dan generasi muda,” katanya.
Sementara itu, kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional sekaligus Hari Kebaya.

