Kudus (ANTARA) - Pintu Bendung Wilalung atau yang dikenal sebagai Bangunan Pengendali Banjir Wilalung Lama (BPBWL) yang ada di perbatasan Kabupaten Kudus dan Demak Jawa Tengah yang mengarah ke Sungai Juwana ditutup kembali, menyusul debit air kiriman dari Bendung Klambu mulai turun.
"Sebelumnya, pintu bendung nomor delapan yang mengarah ke Sungai Juwana dibuka sejak 22 Mei 2025, kemudian setelah debit airnya turun ditutup kembali," kata Operasional dan Pemeliharaan BPBWL Sugeng Hartanto saat ditemui di sela-sela menerima kunjungan Bupati Kudus Sam'ani Intakoris di Bendung Wilalung di Kudus, Sabtu.
Ia mengakui penurunan debit air kiriman dari Bendung Klambu efeknya memang lama, karena air di bantaran kembali ke palung sungai.
Sementara itu, Bupati Kudus Sam'ani Intakoris mengakui jajarannya memang diinstruksikan untuk memantau kondisi Bendung Wilalung, terutama jajaran BPBD Kudus.
Pemantauannya, kata dia, juga melibatkan Dinas PUPR serta Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana.
"Karena sebelumnya debit air di Bendung Wilalung melonjak dan air melimpas, sehingga pintu nomor delapan yang mengarah ke Sungai Juwana harus dibuka untuk membantu mengurangi beban Sungai Wulan karena pintu Bendung Wilalung mengarah ke Sungai Wulan dan Sungai Juwana," ujarnya.
Terkait dengan tanggul sungai, kata dia, sudah diterjunkan tim pemantau setelah sebelumnya tersiar informasi ada yang mengalami sleding, namun kondisinya aman.
Meskipun ada penurunan debit air kiriman dari Bendung Klambu, kata dia, elevasi di Bendung Wilalung masih 258 dan berstatus siaga, sehingga harus tetap dipantau menyusul cuaca yang tidak menentu.
"Pemantauan dilakukan setiap empat jam, guna memastikan kondisi terkini," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Sistem Kedungombo Akrab berharap pembukaan pintu bendungan bersifat sementara, karena jika terlalu lama dikhawatirkan menggenangi areal persawahan mengingat Sungai Juwana mengalami pendangkalan.
Adapun kawasan pertanian yang berpotensi terdampak genangan banjir, yakni di Kecamatan Undaan, seperti di Desa Karangrowo, Ngemplak, dan Wates. Kemudian Desa Berugenjang dan Wonosoco juga ikut terdampak karena beberapa titik aliran Sungai Juwana dangkal, sehingga ketika air kiriman naik akan melimpas ke persawahan.
Mayoritas areal sawah di Kecamatan Undaan sudah tanam untuk musim tanam (MT) kedua, dengan usia tanam ada yang mencapai 70 hari, meskipun ada pula yang baru mulai tanam seperti di Desa Wates dan Undaan Lor.
Baca juga: Ratusan siswa di Kudus ikuti latihan manasik untuk penguatan karakter

